BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

What Do You Like In This Blog?

Top Post

Senin, 01 November 2010

If Only...

Aku gak tau kenapa aku melakukannya. Gak ada yang spesial dari wanita ini.
Tubuhnya aja hitam oleh matahari, badannya kotak, dan rata seperti pintu jati didepan rumah kami. Dan usianya, ya Tuhan sudah menginjak 45 trahun....!!

Mungkin benar kata pepatah jawa yang bilang bahwa TRESNO IKU JALARAN SAKA KULINA. Cinta itu datang karena telah terbiasa....

Aku selalu melihatnya, walaupun tidak menggoda tapi melihatnya setiap hari membuatku jadi terobsesi untuk setidaknya....mencobanya.

Dia mertua wanitaku. Kami semua menyebutnya mama. Mama adalah orang desa yang lugu yang hampir menghabiskan seluruh waktunya kalo tidak di sawah ya di dapur. Pengabdian 100 persen untuk suaminya, papa mertuaku.

Dan keinginan yang menggelegak dalam darahku ini bermula ketika disuatu pagi yang dingin, dengan hujan gerimis yang turun perlahan, dan saat ku terjaga untuk memulai aktivitasku hari ini dengan mandi, aku melihatnya, hanya berselempang handuk menutupi tubuhnya, mengangkat panci besar berisi nasi dari pawon (kompor kayu bakar) menuju amben kecil dibelakangnya dimana dia meletakkan bakulnya.

Nggak ada yang spesial, sumpah! Dia benar2 kotak seperti pintu jati di depan rumahku, dan aku tidak merasakan apapun memandangnya hingga sang syetan meniupkan angin kecil yang dingin menghampirinya.

Dalam posisi berdiri, kedua tangan memegang panci besar panas yang membuatnya sedikit membungkuk saking beratnya, si angin nakal telah mengibarkan handuknya dan membuatnya merosot pelan meninggalkan tubuhnya.

Aku tertegun.

Aku adalah seorang pengingat yang buruk, aku bahkan nggak bisa mengingat nomer hpku sendiri, atau kodepos rumahku, atau nomer rekening bank ku, tapi pemandangan yang terhampar didepanku saat itu seperti sebuah film dvd yang bening, yang siap berputar kapanpun aku memikirkannya.

Mama agak terhenyak melihatku melihatnya dalam keadaan seperti itu, tapi gimana lagi? kedua tangannya sibuk membopong panci dan dia nggak bisa menutupi ketelanjangannya.

Dan dengan anggun dia melangkah melewatiku, telanjang bulat, nyaris sambil memejamkan mata, dan bisa kurasakan aromanya menusuk kelelakianku yang segera meronta dari tidur panjangnya.

Payudaranya masih kencang untuk ukuran wanita seusianya, badannya yang kotak terlihat lebih bergelombang, dan harum kesegaran wangi sabun ditubuhnya sesaat membius otakku, membuatku mematung beberapa saat lamanya.

Dengan suara gemetar mama berkata dari belakangku,
"Den, tolong ambilin handuk mama..."

Dan itu adalah awal obsesiku terhadap mertua wanitaku...

******
Sejak saat itu yang ada dalam otakku adalah bagaimana caranya agar aku bisa melakukan sex dengan mama. Bahkan ketika aku menggumuli istrikupun yang ada dalam pikiranku adalah mama. Mama yang telah menghipnotisku dengan ketelanjangannya pagi itu.

Suatu waktu, saat libur tahun baru tiba, dan semua keluarga berkumpul di rumah ini, aku akhirnya dapat menyelesaikan dahagaku dengan tuntas.

Saat itu semua orang sedang berkumpul di ruang tengah menyaksikan acara pergantian tahun di televisi, sementara mama seperti biasa sibuk di dapur menyiapkan hidangan istimewa untuk seluruh keluarga.

Pukul 23.15
Dewi, istriku, sudah terlelap setelah capek menyusui anakku yang baru 5 bulan dikamarnya. Papa sedang ngobrol dengan keluarga besar di ruang tivi sementara mama yang kelelahan tertidur di amben dapur.

Aku baru saja memasukkan motorku, yang karena ketersediaan lahan, cuma mendapatkan tempat parkir di samping dapur.

Rok mama tersingkap oleh angin yang lagi-lagi ditiupkan sang syetan.

Dan aku tertegun. Seperti kebanyakan orang desa yang lain, mama tidak pernah memperhatikan penampilan dan baju-baju yang dikenakannya. Aku melihat celana dalam yang dipakainya sudah bolong dibeberapa bagian, yang memudahkan aku untuk mendapatkan pandangan yang jelas tentang bentuk kewanitaannya di temaramnya lampu 5 watt yang menerangi ruangan itu.

Posisi mama tidur miring kekiri dengan sebagian kakinya terjuntai di tanah. Hampir-hampir seperti posisi favoritku kalo sedang bercinta dengan istriku.

Daging yang terhimpit kedua pahanya tampak kehitaman, seperti kebanyakan vagina yang kurang terawat. Bulu-bulu yang terurai keluar keriting dan luar biasa lebat, membuatku merinding, tapi juga terangsang luar biasa.

"Den...." Bisik mama.

Aku terhenyak. Apakah mama melihatku? Aku buru-buru menyandarkan motorku dan bergegas pergi.

"Den...."

Lagi. Tidak, mamaku belum terjaga. Dia sedang bermimpi Deni. Begitu kata syetan dalam hatiku.
Akupun mengurungkan langkahku, dan beranjak mendekat.

Iya, dia masih terlelap.

"Hhhh...Den...."

Apa yang diimpikannya? Kenapa ada aku?

Aku memberanikan diri untuk menghampirinya. Ketegangan di kelelakianku hampir mencapai puncaknya. Aku sudah sampai pada tahap rangsangan dimana seolah apabila aku tidak segera mendapatkan pelampiasan, aku akan meledak oleh nafsu yang memenuhi rongga dadaku.

Dan perlahan tanganku menyentuhnya. Aku duduk di sampingnya, mama membelakangiku. Aku menatap gundukan daging yang selama ini menghantuiku, membelainya pelan.

Apa mama memimpikanku ma? Bisikku sambil gemetar tanganku menelusuri belahan kewanitaannya.

Suara keramaian di ruang tivi sesaat mengagetkanku, terompet-terompet dibunyikan, petasan, dan teriakan2 selamat tahun baru membuat suasana hiruk pikuk.

Tapi mama cuma melenguh pendek dan meneruskan tidurnya. Jelas dia keletihan oleh banyaknya pekerjaan siang tadi dan tidak akan mau terganggu tidurnya oleh apapun.

Aku menyingkap roknya lebih melewati pahanya...

Tidak sehitam yang kubayangkan. Pahanya nyaris putih, agak meremang oleh bulu-bulu halus tapi tidak hitam. Pahanya mulus dan lembut ditelapak tanganku.

Sebuah gerak halus pada pundaknya membuatnya terlentang. Masih terlelap dalam tidurnya.

Sebenarnya aku bisa meninggalkannya saat itu. Karena tekanan gairah dan adrenalin telah meledakkanku dan aku ejakulasi dicelanaku. Begitu saja.

Begitu dahsyatnyakah wanita ini hingga bisa membuatku klenger tanpa menyentuhku sama sekali?

Aku berdiri. Lebih baik aku segera membersihkan diri dan pergi ke istriku. Itu akan lebih sehat to?

"Jangan pergi Den...."

Walaupun cuma bisikan tapi aku jelas sekali mendengarnya. Aku menengok ke bawah dan mamaku yang terlentang dengan rok tersingkap nampak mengerjapkan matanya.

"Ma...?"

Mama menarik tanganku dan menjatuhkanku menindihnya.

Aku diam tak bergerak. Aku berbisik lirih sambil mencoba untuk tetap berpikiran sadar.

"Ma, apa ini gak papa?"

Mama tak menjawab. Dia cuma memejamkan mata dan menaikkan pahanya ke bibir amben tanpa suara.

Andai saat itu ada orang yang masuk ke dapur dan melihat kami dalam posisi ini pasti dia akan jatuh pingsan.

Aku setengah berdiri, dengan posisi menindih mama yang seolah setengah meminta agar aku berbuat lebih jauh, sejauh-jauhnya....

Jadi aku sampai pada titik kewarasanku dan aku memulainya dengan begitu menggebu-gebu.

Aku lupakan dulu itu foreplay, pemanasan atau apalah itu namanya....Yang kutahu diujung kelelakianku ada rasa gatal yang begitu menyiksa yang menuntut pelepasan sesegera mungkin atau aku akan meleleh dan menguap oleh panas yang meradang.

Aku menyingkap roknya, menarik celana dalamnya dengan kasar, dan tanpa menunggu responnya aku membuka celanaku sendiri, menarik keluar kelelakianku dari sela-sela celana dalamku dan langsung menghujamnya. Sedalam-dalamnya aku bisa.

Dia mengeluh pendek, tapi tidak membuka matanya.

Aku terhenyak sesaat oleh sensasi hangat yang kurasakan menyelimuti penisku, sebelum mulai mengayunkannya dengan cepat.

Vagina tua itu sudah basah dan lembab saat aku memasukinya, dan daya gesek dinding-dindingnyapun tidak begitu menggigit. Tapi aku dibutakan oleh sensasi adrenalin yang terus memacu syarafku hingga aku seperti terbang diawang-awang ketika aku menggagahi mertua wanitaku.

Yang ada cuma derit amben dan suara kecap becek dari pertemuan tubuh kami.

Dengan nafas memburu aku meraih payudaranya dari balik bajunya dan meremas gemas sambil berbisik keras,

"Ya Tuhan....cuma kaya gini aja rasanya kok aku sampai keedanan to ma....."

Mamaku tak menjawab. Kelopak matanya bergerak-gerak dan mulutnya setengah terbuka tapi dia tak mengucapkan satu patah katapun padaku.

Aku meneruskan ayunanku dengan keras dan dalam, mencoba masuk lebih dalam lagi untuk mencapai dan menggesek semua isi dari vagina yang beberapa hari ini selalu membayangi pikiranku.

Mama melenguh menerima hujaman terdalamku beberapa kali, lalu tiba-tiba mencengkeram pantatku untuk berhenti berayun. Aku menampik tangannya dan bahkan berayun semakin cepat dan dalam. Kukorbankan tenagaku malam ini seluruhnya untuk menikmatimu mama....

Mama mulai mendesis dan menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan.

"ssssh.....udah den.....aduh.....mama pengen pipissss......." Bisiknya sambil mencoba mendorong badanku.

Tapi aku menampik lagi tangannya. Tangan kiriku menelusup masuk meraih payudaranya sementara tangan kananku mencari klitorisnya dan menekannya dengan kencang.

Biasanya istriku langsung jebol kalo aku udah melakukan hal ini. Dan like mother like daughter, mamapun langsung meledak.

Diiringi pekikan kecil dia meronta terakhir kalinya sebelum mengejang dan mencengkeram punggungku dengan kedua tangannya menahan sensasi orgasme luarbiasa yang melandanya.

Aku merasakan pancaran-pancaran air menyembur membasahi selangkanganku, sementara kedutan-kedutan lembut memijit-mijit batang penisku dengan mama meracau dalam setengah sadar menikmati puncaknya.

Aku tidak berhenti lama, aku punya gunung lain yang harus dikejar, gunung kenikmatanku sendiri. Ejakulasi pertamaku tadi membuat penisku tahan lebih lama dalam liang kewanitaan mama, dan dengan setengah memburu aku berpacu sendiri menuju puncak.

Mama masih terus menggeliat-geliat, menahan rasa geli dan ngilu di vaginanya tiap kali aku menghujam masuk. Dan aku mulai bisa merasakannya. Seperti ada sesuatu yang merangkak naik dari ujung-ujung kakiku.....berdesir dengan panas hingga mencapai sukma terdalamku dan akupun.....

"Mama aku keluar......arkh......"

Entah berapa kali aku ejakulasi di dalam liang rahimnya, yang jelas aku sendiri sampai bergidik dengan sensasi yang timbul dari pelepasan itu, dan setelah sejenak rohku seperti melayang naik ke awan, aku lantas terjerembab tanpa daya diatas tubuh mertuaku yang setengah telanjang itu.

Napas kami terengah-engah. Tapi kami tak punya kesempatan untuk menatanya atau berkomentar tentang percumbuan kami itu karena tau-tau sebuah suara dari ruang tivi membbuat kami melonjak kaget.

"Ma....air panasnya habis ma, masak air lagi ya, cepetan...."

Itu suara papa yang berjalan mendekat dari ruang tivi.

Dengan kecepatan luar biasa aku memakai lagi celanaku dan segera menyelinap bersembunyi di balik motorku yang terparkir tak jauh dari dapur.

Mama sendiri bergegas bangun dan dengan limbung berjalan ke arah suara sambil berkata lirih.

"Iya pa, udah papa disitu aja, ntar kalo dah panas mama antar kesitu."


*******

Itulah awalnya. Setelah itu kami jadi makin sering melakukannya. Aku tahu ini salah, begitu juga mama. Tapi kami juga tahu kalo ini benar-benar enak, dan kami ketagihan untuk terus melakukannya setiap hari, setiap kali ada waktu yang luang dan sepi.

Kami terus melakukannya hingga kini mamaku hamil lagi. Papa cuma geleng kepala mendengar hal ini.

" Dulu Dewi juga gitu Den, kebobolan, eh sekarang ternyata kebobolan lagi.....Kondom jaman sekarang emang payah....." Begitu komentar papa.

Inilah rahasiaku, semoga saja ini tetap jadi sebuah rahasia.

0 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Share/Bookmark