BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

What Do You Like In This Blog?

Top Post

Senin, 01 November 2010

Pemerkosaan Tamara, teller bank yang cantik dan sexy

Tamara adalah seorang gadis 20 tahunan yang bekerja di sebuah bank negeri di kota Bkl. Ia tinggal di rumah kos bersama seorang rekan wanitanya, Ita, yang juga bekerja di bank yang sama walaupun pada cabang yang berbeda. Ia memiliki tubuh yang kencang. Wajahnya cukup manis dengan bibir yang penuh, yang selalu dipoles dengan lipstik warna terang. Tentu saja sebagai seorang teller di bank penampilannya harus selalu dijaga. Ia selalu tampil manis dan harum.

Suatu hari di sore hari Tamara terkejut melihat kantornya telah gelap. Berarti pintu telah dikunci oleh Pak Warto dan Diman, satpam mereka. Dia tadi pergi ke WC terlebih dulu sebelum akan pulang. Mungkin mereka mengira ia sudah pulang. Baru saja ia akan menggedor pintu, biasanya para satpam duduk di pintu luar. Ada kabar para satpam di kantor bank tersebut akan diberhentikan karena pengurangan karyawan, Tamara merasa kasihan tapi tak bisa berbuat apa-apa. Seingatnya ada kurang lebih 6 orang satpam disana. Berarti banyak juga korban PHK kali ini.

"Mau kemana Tamara?", tiba-tiba seseorang menegurnya dari kegelapan meja teller.

Tamara terkejut, ada Warto dan Diman. Mereka menyeringai.

"Eh Pak, kok sudah dikunci? Aku mau pulang dulu..", Tamara menyapa mereka berdua yang mendekatinya.

"Tamara, kami bakal diberhentikan besok..", Warto berkata.
"Iya Pak, aku juga nggak bisa apa apa..", Tamara menjawab.

Di luar hujan mulai turun.
"Kalau begitu.. kami minta kenang-kenangan saja Mbak", tiba-tiba Diman yang lebih muda menjawab sambil menatapnya tajam.

"I.., iya.., besok aku belikan kenang-kenangan..", Tamara menjawab.

Tiba-tiba ia merasa gugup dan cemas. Warto mencekal lengan Tamara. Sebelum Tamara tersadar, kedua tangannya telah dicekal ke belakang oleh mereka.

"Aah! Jangan Pak!".

Diman menarik blus warna ungu milik Tamara. Gadis itu terkejut dan tersentak ketika kancing blusnya berhamburan. "Sekarang aja Tamara. Kenang-kenangan untuk seumur hidup!".
Warto menyeringai melihat Diman merobek kaos dalam katun Tamara yang berwarna putih berenda. Tamara berusaha meronta. Namun tak berdaya, dadanya yang kencang yang terbungkus bra hitam berendanya mencuat keluar.

"Jangannnn! Lepaskannn!", Tamara berusaha meronta.

Hujan turun dengan derasnya. Diman sekarang berusaha menurunkan celana panjang ungu Tamara. Kedua lelaki itu sudah sejak lama memperhatikan Tamara. Gadis yang mereka tahu tubuhnya sangat kencang dan sintal. Diam-diam mereka sering mengintipnya ketika ke kamar mandi. Saat ini mereka sudah tak tahan lagi. Tamara menyepak Diman dengan keras.
"Eit, melawan juga si Mbak ini..", Diman hanya menyeringai.
Tamara di seret ke meja Head Teller. Dengan sekali kibas semua peralatan di meja itu berhamburan bersih.

"Aahh! Jangan Pak! Jangannn!", Tamara mulai menangis ketika ia ditelungkupkan di atas meja itu.

Sementara kedua tangannya terus dicekal Warto, Diman sekarang lebih leluasa menurunkan celana panjang ungu Tamara. Sepatunya terlepas.

Diperlakukan seperti itu, Tamara juga mulai merasa terangsang. Ia dapat merasakan angin dingin menerpa kulit pahanya. Menunjukkan celananya telah terlepas jatuh. Tamara lemas. Hal ini menguntungkan kedua penyiksanya. Dengan mudah mereka menanggalkan blus dan celana panjang ungu Tamara. Tamara mengenakan setelan pakaian dalam berenda warna hitam yang mini dan sexy. Mulailah pemerkosaan itu. Pantat Tamara yang kencang mulai ditepuk oleh Warto bertubi-tubi, "Plak! Plak!".

Tubuh Tamara memang kencang menggairahkan. Payudaranya besar dan kencang. Seluruh tubuhnya pejal kenyal. Dalam keadaan menungging di meja seperti ini ia tampak sangat menggairahkan. Diman menjambak rambut Tamara sehingga dapat melihat wajahnya. Bibirnya yang penuh berlipstik merah menyala membentuk huruf O. Matanya basah, air mata mengalir di pipinya.

"Sret!", Tamara tersentak ketika celana dalamnya telah ditarik robek.

Menyusul branya ditarik dengan kasar. Tamara benar-benar merasa terhina. Ia dibiarkan hanya dengan mengenakan stocking sewarna dengan kulitnya. Sementara penis Warto yang besar dan keras mulai melesak di vaginanya.
"Ouuhh! Adduhh..!", Tamara merintih.

Seperti anjing, Warto mulai menyodok nyodok Tamara dari belakang. Sementara tangannya meremas-remas dadanya yang kencang. Tamara hanya mampu menangis tak berdaya.

Tiba-tiba Diman mengangkat wajahnya, kemudian menyodorkan penisnya yang keras panjang. Memaksa Tamara membuka mulutnya. Tamara memegang pinggiran meja menahan rasa ngilu di selangkangannya sementara Diman memperkosa mulutnya. Meja itu berderit derit mengikuti sentakan-sentakan tubuh mereka. Warto mendesak dari belakang, Diman menyodok dari depan. Bibir Tamara yang penuh itu terbuka lebar-lebar menampung kemaluan Diman yang terus keluar masuk di mulutnya. Tiba-tiba Warto mencabut kemaluannya dan menarik Tamara.

"Ampuunnn..., hentikan Pak..", Tamara menangis tersengal-sengal.

Warto duduk di atas sofa tamu. Kemudian dengan dibantu Diman, Tamara dinaikkan ke pangkuannya, berhadapan dengan pahanya yang terbuka.

"Slebb!", kemaluan Warto kembali masuk ke vagina Tamara yang sudah basah.
Tamara menggelinjang ngilu, melenguh dan merintih. Warto kembali memeluk Tamara sambil memaksa melumat bibirnya. Kemudian mulai mengaduk aduk vagina gadis itu. Tamara masih tersengal-sengal melayani serangan mulut Warto ketika dirasakannya sesuatu yang keras dan basah memaksa masuk ke lubang anusnya yang sempit. Diman mulai memaksa menyodominya.

"Nghhmmm..! Nghh! Jahannaammm...!", Tamara berusaha meronta, tapi tak berdaya.

Bersambung ke halaman 2

0 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Share/Bookmark