BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

What Do You Like In This Blog?

Top Post

Senin, 28 Februari 2011

Sweet Sex And Love [18+]


Title : Sweet Sex and Love 2004
Revised romanization: Masitneun sex geurigo sarang
Director: Man-dae Bong
Writer: Jeong-deok Kwak
Release Date: June 20, 2003
Runtime: 85 min.
Language: Korean
Country: South Korea
------------------

The normal arc of a relationship -- attraction, experimentation, normalcy, boredom -- is paragraphed by sexually explicit captions rather than the more romantic pointers. As small fissures open up between the two in the relationship, they always manage to patch them over with some kind of sexual congress. But increasingly, it seems they're almost too much alike.

Download Movie File (indowebster)
Download

Minggu, 06 Februari 2011

Bonus Mengikuti Rapat Kerja

khir tahun lalu, saya mengikuti Rapat Kerja (Raker) yang diselenggarakan oleh Group Perusahaan saya. Kegiatan Raker seperti itu sebenarnya hampir setiap tahun di adakan, namun baru kali ini saya diajak sekaligus menjadi panitia dalam kegiatan tersebut. Saya berharap dapat mengulang kejadian sebagaimana ketika mengikuti Kursus Kearsipan (baca: Bonus Mengikuti Kursus). Pucuk dicnita ulam tiba, begitulah peribahasa yang pas diucapkan, karena dari daftar peserta yang masuk terdapat nama Wiwik, cewek yang pernah saya ajak kencan kira-kira 3 bulan yang lalu sebelum Raker ini.

*****

Sebenarnya Rapat Kerja hanya diadakan selama 2 hari, namun atas usul para peserta minta untuk diperpanjang 1 hari lagi guna memberi waktu bagi peserta berwisata menikmati pemandangan alam Tawangmangu, suatu tempat rekreasi yang sejuk di kaki Gunung Lawu.

Rapat Kerja ini diikuti para manajer yang ada di Kantor Pusat maupun kantor perwakilan. Selain para manajer dan pimpinan, masing-masing kantor perwakilan boleh menyertakan seorang staf administrasi sebagai penghubung peserta dengan panitia dan juga sekaligus membantu panitia menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan peserta Raker.

Untuk berangkat menuju ke Tawangmangu, perusahaan menyediakan sarana tranportasi berupa bus full AC, full musik, namun banyak diantara para peserta yang membawa kendaraan pribadi, termasuk saya. Tujuan adalah dengan membawa mobil pribadi maka mobilitasnya lebih tinggi.

Sebagai panitia, saya datang lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan Raker serta mengurus akomodasi bagi para peserta. Sengaja saya memilih kamar yang agak mojok, dan hanya single bed. Karena hari Jum'at para peserta diharapkan sudah check in sebelum Jum'atan, sedang Raker-nya sendiri baru akan dimulai setelah Jum'atan.

Rombongan bus telah datang, nampak Wiwik dengan pakaian kantor yang cukup serasi kelihatan lebih seksi dan cantik daripada waktu dulu pertama ketemu. Payudaranya nampak lebih montok dan menantang. Hatiku jadi berdebar juga, dag dig dug rasanya. Membayangkan seandainya punya kesempatan untul ML dengan Wiwik.

"Siang Wuk" sapaku sambil mengulurkan tangan ketika Wiwik memasuki lobby.
"Oh.., siang Om" jawabnya agak terkejut.
"Om disini, sudah lama ya" lanjutnya.
"Ya.., cukup lama juga, kan aku ikut panitia, jadinya datang lebih awal" jawabku agak sombong.

Setelah mendaftar ulang, kuberi tahu nomor kamar Wiwik ada beseberangan dengan kamarku. Kebetulan pula bahwa peserta wanitanya ganjil, sehingga satu kamar yang mestinya untuk 2 orang, maka kamar untuk Wiwik hanya satu orang saja. Ini memang sudah kuatur agar aku dapat mengulang berkencan dengan Wiwik lagi.

"Dasar buaya darat" aku bergumam sendiri.

Waktu menunjukkan pukul 11.45. Semua peserta yang akan ber-Jum'atan sudah meninggalkan penginapan menuju tempat ibadah. Hanya beberapa peserta yang tidak Jum'atan, termasuk aku dan Wiwik.

"Tok, tok, tok", kuketuk pintu kamar Wiwik.
"Masuk, nggak dikunci kok" terdengar jawaban dari dalam.

Aku perlahan-lahan membuka pintu dan ternyata Wiwik sedang santai saja menata barang bawaannya. Wiwik sudah melepas blazernya dan hanya memakai atasan you can see serta nampak kalau tak memakai bra.

"Wuk, aku kangen padamu lho" kataku.
"Ngrayu nih ye, siang saja sudah merayu, gimana entar malam ya?" Wiwik menggodaku.
"Kalau malam ya nggak perlu ngerayu, kamu kan udah tanggap sendiri, iya kan?"
"Idiih.., Om kok semakin nakal kelihatannya" lanjutnya.
"Habis.., susu kamu itu lho, yang bikin aku.." kataku lagi.
"Udahlah Om, kalau hanya itu ambil sendiri aja, tapi jangan lama-lama lho" katanya lagi.

Jam di dinding kamar menunjukkan puul 12.00, berarti ada waktu kurang lebih 45 menit untuk berkencan dengan Wiwik siang itu. Ini waktu yang lumayan lama untuk satu permaninan panas. Tanpa banyak cakap lagi mulai kukecup keningnya, lalu kucium matanya, hidungnya, pipinya, dan mulutnya. Wiwik membalas dengan semangat pula. Makin lama makin intensif aku meraba-raba seluruh tubuhnya, meremas-remas susunya, dan Wiwik kelihatan semakin menikmati permainan ini.

Akhirnya mulai kulepas pakaian atasnya sehingga tampak dua bukit kembar yang montok menantang. Segera kuemut-emut kedua bukit itu, kupermainkan lidahku di putingnya, kugigit-gigit, dan kutarik-tarik dengan gigiku, nampak Wiwik merintih-rintih menahan rasa antara sakit dan enak.

"Oh.. Om.. oh.. " desahnya pelan.
"Oh.. Wuk, kau semakin cantik dan menggairahkan" rayuku pula.
"Oh.. Om, terus-terusin Om.., Om.. teruus" Wiwik terus merengek.

Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir,saling meremas, entah berapa lama. Permainan terus berlanjut, Wiwik pun segera mengarahkan tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa "Adik"Ku telah bangun, Wiwik pun segera melepaskan sabuk dan selanjutnya memelorotkan celanaku. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku dengan semangat. Hal ini untuk sementara membuatku lupa dengan istri dirumah yang setia menungguku.

"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. enak Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk!"
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya dan sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk, mulutku rasanya sulit berkata.
"Aku bersihkan ya Om" dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang kemaluanku, menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih, sih.
"Ouch.. ouch.., Wuk" aku mendesah keenakan.

Setelah merapikan pakaian aku segera meninggalkan kamar Wiwik dan menuju kamarku. Kami telah dua kali melakukan oral seks namun tidak berlanjut dengan ML. Dan keinginan untuk meniduri cewek itu tetap terpatri dalam benakku.

Dua hari sudah (lebih tepat hanya satu setengah hari) para peserta Raker berdiskusi, membahas berbagai macam persoalan yang ada serta menyusun strategi untuk tahun mendatang. Untuk melepas lelah pada hari Minggunya para peserta diberi kesempatan untuk rekrasi atau belanja oleh-oleh khas tawangmangu. Aku dan Wiwik pun juga turut jalan bersama teman-teman lain. Sampai di pasar para peserta Raker pun menyebar mencari apa yang dibutuhkan. Aku dan Wiwik pun berjalan berdua untuk belanja.

"Wuk, belanjanya nanti saja, ya!" kataku.
"Kenapa Om?" Wiwik pun bertanya.
"Kita naik ke Hutan Wisata dulu yuk!" aku mengajaknya.
"Dimana Om lokasinya?" Wiwik bertanya lagi.
"Kesana itu lho, dari sini menjuju Grojogan Sewu, selanjutnya terus kita naik, disana ada pemandangan yang sangat indah, kita bisa naik ke menara pengawas" lanjutku lagi.
"Tapi ada syaratnya lho Om" Wiwik pun berkata lagi.
"Apa syaratnya?" aku balik bertanya.
"Nanti kalau aku kedinginan, Om tanggungjawab lho!" pintanya.
"Oke, kalau itu syaratnya, saya akan cari korek api dulu" sahutku.
"Untuk apa Om? Wiwik pun bertanya lagi.
"Ya untuk menghangatkan, kalau kamu kedinginan" jawabku.
"Om mulai nakal ya!" Wiwik pun berkata sambil mencubit lenganku.
Belum sampai lepas cubitannya, tangannya kupegang, dan kugandeng melanjutkan perjalanan.

Kami berdua kadang bergandeng tangan dan tidak berjalan menyelusuri jalan setapak menuju hutan wisata di atas grojogan sewu. Setelah sampai di menara pengawas, aku mengajak Wiwik naik ke puncak menara melalui tangga yang cukup tinggi.

"Hati-hati lho Wuk, tangganya licin, karena kena embun" perintahku kepadanya.

Walaupun hari itu Hari Minggu, namun kelihatannya tidak banyak pengunjung yang sampai ke hutan wisata, sehingga suasana cukup sepi. Hanya terlihat beberapa pasang muda-mudi yang agak jauh dari lokasi kami berada. Terlebih lagi pada saat itu mulai turun hujan rintik-rintik. Untuk waktu itu kami sudah ada di puncak menara, sehingga tidak kehujanan. Dari puncak menara ini kami bisa menikmati pemandangan sekitar hutan. Disamping tidak kehujanan, juga kecil kemungkinannya bertemu dengan binatang buas maupun yang lain. Yang kami sangat senang pada waktu itu belum ada yang naik ke menara, sehingga kami hanya bedua saja di menara pengawas itu.

"Gimana Wuk, indah kan?" aku mulai membuka pembicaraan.
"Iya, sungguh indah, menakjubkan sekali pemandangan alam dari sini ya Om" sahutnya.
"Iya, sungguh indah terlebih ada kamu disini, hal Ini mengingatkan aku waktu pacaran dulu, di sini di tempat ini juga aku melakukan kissing, necking, dan etting untuk pertama kali" sambungku pula.
"Hayo Om mulai nakal ya, kalu sekarang ada aku apa Om mau melakukan hal yang sama?" Wiwik bertanya.
"Siapa takut!" sahutku.
Aku segera memegang kedua tangan Wiwik, lalu mendekapnya, selanjutnya kesentuh dengan jari bibirnya yang mungil.
"Aku ingin mengulangnya, Wuk? Mau kan kamu?" bisikku di telinganya.
Wiwik pun menganggukkan kepalanya.

Aku segera mengecup keningnya, kemudian mencium bibirnya, serta sekitar leher. Cukup lama kami berciuman. Kuremas-remas kedua payudaranya yang mulai menegang. Selanjutnya kutanggalkan jaketnya, terlihatlah pemandangan yang indah karena Wiwik ternyata hanya memakai kaos singlet, sehingga kedua bukitnya sedikit mulai, kuning langsat, bersih, sangat menggairahkan.

"Dingin Wuk?" tanyaku.
"Ya dingin, mana ada tempat yang panas di Tawangmangu" katanya ketus.
"Oke, tempat ini akan segera kubuat menjadi lebih panas" kataku lagi.
Wiwik pun tak berkata lagi. Mulutku segera kuarahkan ke belahan dadanya. Kucium, kukecup, dan kucupang hingga nampak merah dibeberapa tempat sekitar payudaranya.
"Berapa umurmu, Wuk?" aku coba bertanya.
"Ngapain tanya umur segala?" Wiwik balik bertanya.
"Ketika pacaran dulu, cupangku di sekitar payudara dan pusar sebanyak umurnya" sahutku.
"Tebak, ayo berapa, kalau benar nanti selain boleh menyupang sejumlah umurku juga akan kuberi bonus!" perintahnya.
"Bonusnya apa?"
"Tebak dulu dong!"

Aku sebenarnya tahu umurnya, karena waktu mendaftar kulihat biodatanya. Umurnya 25 tahun, belum kimpoi. Mungkin Wiwik sengaja bertanya atau memang tidak memperhatikan ketika pendaftaran ulang kulihat biodatanya. Aku justru bertanya-tanya dalam hati. Ah, persetan dengan itu.

"Dua puluh lima!" jawabku mantap.
"Kok Om tahu, hayo dari mana? Kalau ketahuan curang, nanti akan kutuntut!"
"Lho katanya suruh menebak, ya aku tebak saja, betulkan jawabanku, mana bonusnya?"
"Bonusnya terserah Om, pilih mana bagian tubuhku!"
"Oke, aku minta ini, tapi nanti malam" jawabku sambil memegang selangkangannya.
"Nanti malam Om?" tanya Wiwik bengong.
"Terus gimana, nanti sore kan sudah selesai acaranya dan rombongan bus akan pulang?"
"Begini aja, kamu telpon do'i, malam ini tidak pulang, karena menyelesaikan tugas merangkum hasil-hasil Raker, dan jangan kuatir aku bawa mobil sendiri kok, besuk saya antar, oke!" kataku.
"Oke deh, sudah terlanjur kalah taruhan sama Om" lanjutnya.

Perlahan-lahan kupelorotkan kaos singletnya, kucopot kait BH-nya. Kini Wiwik sudah tidak memakai pakaian atas. Pemandangan yang lebih indah kini terlihat nyata. Dua bukit kembar, kuning langsat, sangat menarik untuk segera kukecup dan kucupang sebagai tanda kemenanganku. Tak berlama-lama aku memandangi kedua bukit itu, segera kuemut-emut, kugigit-gigit, kutarik-tarik putingnya dengan gigiku.

"Oh.. Om.. jangan kuat-kuat gigitnya, sakit, Ouh.. trus Om.. teruuss Om"
Wiwik mulai merengek-rengek. Kuremas, kukecup, kuemut dan terus kuemut bagai bayi yang kehausan dan menetek ibunya. Untuk beberapa lama kegiatan ini kulakukan. Selanjutnya aku berdiri, bersandar pada salah satu tiang penyangga dan Wiwik pun jongkok di depanku terus melepas sabukku, melepas kancing celanaku, serta menarik ritsluitingnya, segera memelorotkan celanaku. Batang kemaluanku sudah berdiri menantang bagai tongkat komando. Wiwik pun tanpa banyak bicara segera mengocok-ngocok dan mengemut-emut batang kontolku. Menjilat-jilat mulai dari kedua buah pelir sampai pucuk kontol, Mengemut-emut lagi dan lagi.

"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.." aku meronta-ronta geli keenakan.
Segera kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya.
"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk"
Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya lagi.
"Enak Om?" tanyanya.

Aku hanya mengangguk. Kali ini aku bercumbu di tengah hutan, di atas menara, didiringi rintik hujan yang sudah mulai mereda. Dari arah tenggara sesekali terdengar deru mobil. Hari semakin siang, hujan suah reda, beberapa pasang muda-mudi mulai berdatangan di hutan wisata dan sekitar menara. Aku dan Wiwik segera membetulkan dan merapikan pakaian masing-masing dan segera turun kembali ke penginapan. Sepanjang perjalanan menuju penginapan Wiwik kugandeng, kadang kupeluk dengan mesra. Sampai di penginapan hampir semua peserta telah berkemas-kemas bahkan ada yang sudah meninggalkan penginapan menuju rumah masing-masing.

Kulihat Wiwik berjalan menuju Wartel dekat penginapan. Aku boleh merasa gembira, karena akan dapat bonus dari Wiwik. Aku segera bergegas menuju kantor penginapan, menginformasikan kepada penjaga bahwa aku dan seorang peserta lagi pulangnya besok siang. Pemilik penginapan pun mengijinkan aku tetap bermalam di penginapannya sampai esok hari. Bahkan masih disediakan makan malam dan sarapan pagi.

Kulihat Wiwik telah selesai telpon di Wartel, namun tidak segera menuju penginapan, tetapi mampir ke toko di seberang jalan. Kiranya Wiwik membeli beberapa makanan kecil dan beberapa botol minuman suplemen. Wiwik pun berjalan menuju tempat di lobby penginapan, setelah dekat kuminta dia untuk memindah barang-barangnya ke kamarku.

Udara sore itu cukup dingin, aku tidak berani mandi, karena pemanas air di penginapan rusak. Aku hanya membasuh muka, tangan dan kaki saja. Wiwik pun demikian juga. Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.00. Jatah makan malam yang biasanya di restoran kali ini kuminta pada petugas untuk diantar ke kamar saja, karena akan kumakan setelah berita TV jam 21.00, sebab sore ini aku telah makan bakso di seberang jalan.

Kini di kamarku hanya aku dan Wiwik.
"Wuk, mana bonusnya?" tanyaku membuka percakapan.
"Nih, ambil sendiri!" perintahnya.

Aku segera memeluknya, menciumnya, dan mulai melepaskan pakaiannya satu bersatu. Kini Wiwik telah telanjang bulat. memeknya kelihatan kayak apem, bulat, empuk. Payudaranya yang cukup besar, kenyal segera kuemut-emut, kesedot-sedot. Wiwik pun mulai mengerang-erang. Kuhitung cupang yang ada disekitar payudaranya, ternyata baru 24.

"Wuk, cupangannya baru 24, belum genap 25 lho" kataku.
"Mau genepin atau tidak terserah Om" katanya pula.
"Nih. tak tambahi satu tempat lagi, biar genap 25" kataku.

Segera kecupannya kuarahan ke memeknya. Kukecup-kecup memeknya, kusedot-sedot lubang kewanitaanya. Wiwik pun menjerit-kerit dan tak lama kemudian mengalir lendir dari vaginanya. Wiwik telah orgasme. Selanjutnya kupermainkan lidahku dibibir vaginanya, menjilat-jilat klitorisnya dan lidahku terus mengobok-obok vaginanya.

Aku mengambil napas sebentar. Kutinggalkan dia yang telanjang bulat ditempat tidurku.

"Mau kemana Om?" tanyanya.
"Mau minum dulu, kulihat tadi kamu beli minuman suplemen?" aku balik bertanya.
"Oh, iya, tuh ambil di tas kresek hitam!" perintahnya"jangan lama-lama lho Om, dingin nih" katanya lagi.

Aku segera mengambil sebotol dan meminum habis. Aku mulai menanggalkan pakaianku. Kini aku dan Wiwik telah sama-sama telanjang bulat. Segera kudekati Dia dari arah kepala kucium mulai keningnya, matanya, bibirnya, susunya, terus turun ke pusar dan akhirnya tepat di vaginanya kuobok-obok lagi dengan lidahku. Wiwik pun segera menangkap kontolku yang sudah tegang di atas mulutnya. Lidahku kumainkan di lubang kewanitaanya, wiwik pun mengerang-erang namun kurang jelas katanya karena kini sudah tersumbat oleh batang kontolku. Aku terus menjilat-jilat bibir vaginanya, dan kontolku pun dikemot-kemot, disedot-sedot.

"Ouh Wuk.. Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk"

Dan tumpahlah spermaku dalam mulutnya untuk kesekian kalinya dan semua cairannya ditelan habis.

Setelah istirahat dan minum suplemen, tak berapa lama aku segera berbalik dan melanjutkan mengambil bonus. Perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih mulus dengan selangkangan yang sangat menantang. Perlahan-lahan kumasukkan batang kontolku ke liang senggamanya. Sedikit demi sedikit masuklah kumasukkan batang kontolku dan akhir semua batang kontolku masuk ke dalam memeknya. Kuangkat sedikit lalu kusodokkan lagi, terus dan terus. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.

"Om, perih om, berhenti dulu Om" rintihnya.

Namun aku tak mempedulikannya. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin cepat.

Segera kugenjot lagi kontolku dalam vaginanya, terus dan terus..
"Ouh.. Ouh.. Omm.. Omm.. terus, teruss Om.. aku akan keluar lagi Om.."
"Ouh Wuk.. Oh.. Wuk, aku juga akan keluar Wuk, kita bareng-bareng Wuk".
Akhirnya aku dan Wiwik mncapai puncak bersama-sama.

Malam itu kami bermain sepuas-puasnya, dengan berbagai gaya dan posisi. Kemudian kami tidur dengan satu selimut tebal masih dalam keadaan telanjang bulat sampai pagi, lupa makan malamnya. Setelah kami berdua mandi dan sarapan pagi, segera berkemas meninggalkan penginapan. Tak lupa kuberi tips pada petugas jaga pagi itu. Kemudian kami menuju mobil dan segera melesat kembali ke kota. Aku antar dulu Wiwik ke terminal bus. Sesampai di terminal bus, kami segera berpisah. Kujabattangannya dengan erat.

"Terimakasih ya Wuk atas bonusnya" kataku.
"Terimakasih kembali, Om, sampai jumpa di lain kesempatan" katanya sambil melambaikan tangannya
__________________

TAMAT

Risti Adik Kelas SMAku

Siang itu aku mengunjungi SMAku, salah satu SMA favorit di Jakarta. Sebagai alumni di SMA tersebut, aku Robert masih sering ikut membina kegiatan ekstra kulikuler yang ada, di antaranya melatih Volley dan Bulutangkis. Kesempatan ini juga aku pakai sebagai kesempatan untuk mengunjungi adik2 kelasku yang cantik2. Dan sebagai kakak kelas kadang kala membuat usahaku untuk mendekati mereka tidak terlalu sulit. Salah satu adik kelas yang dekat denganku adalah Risti. Berparas biasa saja, berkulit sawo matang, pintar dan mempunyai body yang proposional. Maklum, dia selain mengikuti kegiatan keilmuan dibidang bahasa Inggris, aktif juga di dalam kegiatan Paskibraka dan Cheersleaders. Hubunganku dengan Risti sendiri sudah berjalan 3bulan. Dan sampai saat itu masih terbatas ciuman saja.

Hari itu adalah hari Sabtu, di mana aku menyempatkan diri untuk bermain bulutangkis. Dan Risti, sedang mengikuti latihan cheers sore itu.

"Hai, kak Robert... mau main bulutangkis yah di atas? " tanya Risti saat berpapasan denganku. "Hai, Ris. Iya nih lagi mau main ke atas. Kamu lagi latihan? "tanyaku balik.
"Iya, kak. Tapi Risti haus mau beli minum dulu di depan." "Oke, sampai jam berapa latihannya, Ris?"
"Jam 4 juga sudah selesai, Kak"
"Baiklah. Kalau sempat nanti main-main lah ke atas."
"Beres deh.... kebetulan aku minta di jemput pak Min agak lama kak. Biar kita bisa berduaan lebih lama...."
Seeerrr mendengar kalimat Risti membuat pikiran ku sekilas membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Sekitar jam 4, pintu aula atas terbuka dan muncullah Risti dengan mengenakan kaus gombrong dan celana hotpans yang membuat cetakan lembah di antara kedua pahanya terlihat samar2.

"Lho, kak...mana yang lain? Kok kak Robert sendirian?", tanya Risti mellihatku sedang bermain shadow dengan tembok.
"Iya, yang lain baru aja pulang." Sahutku sambil menghampiri Risti dan mengecup bibirnya.
"Ahhhhh, kak....jangan begitu nanti kalo ada yang masuk bisa repot." Desah Risti saat kukecup bibirnya.
"Hehehehe.... nga ada yang bakalan ke sini Ris."
"Kamu mau menemani kakak bermain? "
"Boleh, Kak..."

Lalu setelah 15 menit kami bermain terlihat Risti memberikan tanda untuk menghentikan permainan. "Kak, udah dulu ya...Risti capek." Lalu kamipun duduk2 di pinggir lapangan. Dan Risti tiduran di atas pahaku.

"Capek, Rist?"
"Iya, kak. Tadi soalnya lumayan latihannya. Dan tadi waktu Risti jadi base sempat terjatuh."
"Nih, lihat memar kan lutut Risti', kata Risti sambil menunjukkan lututnya yang memang seperti lebam.
"Duh, kamu, hati-hati donk Ris"
"Tuh liat sampai lebam gitu lutut kamu."

"Sakit? " tanyaku sambil memegang dan mengelus-ngelus lututnya.
"Nga, kak...Geli iya..." jawabnya sambil tertawa kecil. Melihat Risti tertawa membuatku gemas dan langsung saja kucium bibir mungilnya.

"Kak.....Kak Risti takut ada yang datang"
"Tenang" kubangunkan Risti sebentar dan "Klek..." suara pintu aula kukunci dan kemudian kumatikan lampu aula tersebut.

"Sini, sayang mana tadi yang lebam? Kakak lilat lagi.."

Tak lama segera kurangkul Risti dan kukecup lembut bibirnya.
"Makanya lain kali hati-hati yah sayang...."
"Iya kak...."
Lalu kamipun kembali bercumbu kembali. Semakin lama cumbuan kami semakin panas dan membara. Dengan adrenalin yang keluar sehabis kami berolahrga membuat suasana di dalam aula menjadi panas.

Kuberanikan diri untuk mencumbu Risti lebih jauh lagi. Ciumanku turun menyusuri leher jenjang Risti.
"Oh.... kak...." Risti membalas cumbuanku dengan desahan dan tangan yang semakin erat dileherku.

Melihat sambutan yang mendukung, tanganku mulai berani bergerilya. Tangan kiriku tetap menopang badan Risti sedangkan tangan kanan mulai menuruni dadanya. Terasa sangat kenyal sekali payudara Risti di tanganku yang merabanya dari lluar kaosnya....

"Ouuughh, kak Robert...."
Segera kukulum lagi bibir Risti untuk menghentikan desahannya. Dan tanganku meremas pantadnya yang begitu kenyal.....

Segera kutarik Risti ke dalam Ruang ganti. Hasratku untuk berbuat lebih jauh semakin tak tertahan. Segera kurebahkan Risti ke atas meja yang ada di ruang ganti tersebut.

Kembali kami berciuman dengan liarnya. Tanganku tak tinggal diam. Kusingkapkan dan kulepas kaos yang dikenakan oleh Risti. Kuremas remas dengan lembut kedua bukitnya dibalik Bra model sport yang dikenakannya.

"Oh....Kak..." Risti pun semakin liar dengan remasan2 lembut yang kuberikan. Tangannya tak tinggal diam melepaskan kaos yang kukenakan yang semakin basah oleh keringat nafsu.
Kutanggalkan Bra yang melekat,36B sempat kulirik dari kaitan bra yang kutanggalkan, dan kududukan Risti di meja. Ciumanku bergerilya menuruni lehernya yang jenjang dan turun menuju kedua bukit kembar yang begitu menggoda.

Kuelus lembut dan kemudian kujatuhkan ciumanku di bukit sebelah kirinya. Kekecup dan kemudian kusedot kecil... "Awww, kak....oughhh" pekik Risti sebagai reaksi atas aksi yang kuberikan kepadanya. Melihat reaksi demikian membuatku mengekplorasi lebih lanjut. Kuremass-remas dada Risti sebalah kanan. Dan pentil yang kecil kupilin-pilin lembut.

Ristipun semakin liar dan lenguhan2nya membuat adrenalinku semakin kencang mengalir. Membuatku gemas. Kutarik lembut pentil membuat Risti berpekik..."Awww, kak...sakit..."
Tak kuhiraukan pekikan Risti. Tanganku segera menarik lepas celana hotpans yang melekat. Di bagian tengan celana dalam Risti yang bermodel mini tercetak sebuah pulau kecil. Mungkin akibat cairan yang keluar, tanda Risti sudah terangsang sekali.

Kuelus2 bagian tengan celana dalamnya membuat Risti semakin menjerit...."Ouchhh, kak...Ochhh..."
Kuselipkan jariku kedalam celana dalamnya, dan kumainkan jari-jariku di atas klitorisnya...."Ochh kak....terus kak....geli...."
Merasa terganggu dengan celana dalamnya, segera kulepas dan kubuang ke lantai.

Setelah celana itu terlepas, kubuka celana pendek dan celana dalamku. Segera aku berlutut. Mengamati dan mengelus-ngelus kemaluan Risti dengan lembut. Semakin cepet elusan yang kuberikan membuat Risti semakin melenguh dengan keras..."Ochh,kak.....Ouchhh"
Kukecup vagina itu...Hmmmm wangi khas vagina yang saat itu aneh bagiku namun memberikan sensasi lain...

Kuberanikan lidahku untuk bermain di vagina Risti...Kusapu permukaannya atas dan bawah....
"Kak, robert...ouchh....terus kak...."
"Kak, ah..... "
Seiring desahan yang keluar...vagiana Risti mengeluarkan cairan...Kujilat dan kuhisap seakan tidak ingin membiarkan cairan itu keluar begitu saja...
Akibat dari hisapanku Risti berteriak " Ah....Ah...Ah...Kakkkk!! Risti mau pipis Kakkk.....Ahhhh" Melihat ini segera kumasukan jariku dan kukocok didalamnya semakin lama semakin cepat disertai dengan jilatan2 lidahku....akhirnya "Arrrgggggghhhhh Kakkkkkkkk..." Tubuh Risti mengejang hebat....

Kubiarkan Risti menikmati Orgasmenya. Orgasme yang mungkin pertama baginya. Saat membuka matanya Risti berkata " Kak, oh.....nikmat sekali.." Kukecup bibirnya dan kemudian kubisikkan " Risti, I Love U So Much..."
"Love U So Much To...." Kembali kami berpagutan dengan mesra. Kubimbing tangan Risti untuk menyentuh kemaluanku yang berdiri tegak. Ku berikan contoh untuk mengocok kemaluanku yang berukuran 18cm diameter 4cm...Kocokan tangan Risti yang mungil dan lembut membuatku berdesi "Oh....ya Risti...Oh...Enak sayang". Kumainkan kembali kemaluan Risti yang masih basah....Kupilin2 clitorisnya..."Ouhhhh Kak....Gatel lagi kak...."

Segera kuposisikan diriku diantara kedua kakinya. Dengan isyarat kumohon izin darinya. Tak ada kata terucap...hanya anggukan kecil. Kuposisikan kemaluanku tepat di depan kemaluannya...kugosok-gosok kecil dan berputar memainkan klitorisnya...membuat Risti tak tahan dan merebahkan badannya di meja sambil meremas-remas bukitnya...

Setelah kurasa pas..dan kemaluan Risti kembali basah oleh lendir kenikmatannya..Kutekan kepala kemaluanku menyeruak membuka jalan di dalam kemaluan Risti....."Ah.... kak....Sakittt!!!" pekik Risti saar kepala kemaluanku berhasil menerobos masuk. Kebelai rambutnya dan kupagut bibirnya untuk menenangkan Risti....Setelah kurasa kemaluannya mulai beradaptasi dengan adanya benda asing d dalamnya kutekan dan kukeluarkan masukan kemaluanku pelan-pelan...sampai akhirnya "Crreeeetttzzz....." kemaluanku seperti menyobek sesuatu dan "Blessss!!!" masuklah seluruh kemaluanku di dalam vagina Risti. "Kakkkkkk......Awwww!!!" Jeritan Risti dan kulihat tetes air mata di ujung matanya

Oh....vagina yang sempit dan peret...mencengkeran kemaluan begitu erat..Kuremas-remas payudara Risti dan kucumbu bibirnya untuk menenangkannya. Setelah kulihat Risti lebih tenang...kuayun perlahan-lahan kemaluanku......

Ristipun mulai menikmati ayunanku. Kucoba dengan ayunan 9 kecil 1 dalam. Satu....Dua....Tiga....Empat....Lima....Enam....Tu juh...Delapan...Sembilan....Seeeeepppppuluh......S aat hitungan kesepuluh kubenamkan semua kemaluanku menyeruak ke dalam vagina Risti...."Ohhhhhh.....kakkkkk.....".

Kuulangi lagi....Satu....dua.....Tiga...Empat..Lima...Enam. ...Tujuh...Delapan...Seeeemmmmbiilllaannn....Seepp pppulluhhhhh....kuulangi....dengan tekanan pada ayunan kesembilan dan kesepuluh " Ohhh....kakk.......Enakkkk...kakak.....Terus Kakk....!!!" Desah Risti....
Kuulangi lagi dengan kombinasi sama...dan pada ayunan yang keempat Risti berteriak "Kakkkkk ayo Kakkk Risti Mau keluar lagiiii....." Ayunan ke enam saat baru saja kubenamkan kemaluanku dihitungan keempat.....Risti menjerit " Ahhhhhh......ahhhhh...........Kakkkkk......"dan tubuh Risti kejang-kejang dan digigitnya tanganku "Ahhhhh..." Kubiarkan kemaluanku masih berada di dalam kemaluannya....

Saat Risti mulai menguasai diri, kuminta iya untuk membelakangiku dengan posisi nungging dan bertumpu di meja. Melihat posenya membuatku gemas...kukecup vaginanya dan kuberikan tepukan ringan pada bongkahan pantaddnya.....

Segera kemudian kutancapakan kembali kemaluanku ke dalam vaginanya. Posisi ini membuat kemaluanku semakin dalam masuk ke dalam vaginanya.

"OHHHH Kakkkk....." tusukan pertama dengan posisie doggie membuat Risti melenguh. Kuayun dan kupompa kemaluannya.
"Cleppp....Cleppp....Clepppp" Suara kemaluan kami beradu diiringi dengan suara beceknya vagina Risti oleh cairan yang keluar dari kemaluan Risti....

Kupompa dan semakin lama kutingkatkan Rpm kocokan pada kemaluannya membuat Risti tak tahan

"Kakkkk Ouuchhh....Ouch..."
"Ouch....Kakkk Risiti Mau Keluar lagi..."
"OOuuuchhh....Ahhh....Iya Sayang....Kakak juga sebentar lagi keluar, kita bareng yah sayang..." Kukecup bibirnya dari belakang sambil kuremas bukit kembarnya.
Kembali kugenjot Risti dengan cepat....
"ochhh....oh....Kak....."
"Ayo sayng....Ohhh.....Ohh...."
"Oh....Kak....Risti Luv U kak Robert"
"Iii...Luv...U....Tooo Risti..."
"Crrrrooooottttsss.....Croooots....Crooootsss..... Crotsss...Croootsss" semburan spermaku didalam rahimnya mengiringi orgasmeku
"Ochhh..oH....kAKK..kAKKKKKKK" Jeri Risti menjemput orgasmenya kembali...

Setelah kami mencapai orgasme kami bersama, kurebahkan badanku di atas Risti. Sambil memejamkan mata menikmati orgasme bersama yang baru kami reguk. Kubiarkan kemaluanku tetap berada didalam kemaluan Risti yang serasa menjepit dan mengurut2.

"Plooopp..." Suara kemaluanku yang mengecil dan keluar dari sangkar emas Risti. Kubuka Mata. Dan ku kecup kening Risti sambil mengucapkan.."Terima Kasih ya Sayang...."

Risti hanya tersenyum. Segera kami memakai kaus kami kembali dan di lantai lulihat ceceran sperma bercampur dengan darah perawan Risti.

"Kak...Jangan tinggalin Risti."
"Risti Takut kehilangan kakak "

Demikian kata-kata terakhir yang kuingat membayangkan kejadian tahun lalu. Lulus SMA Risty melanjutkan pendidikannya di Australia dan aku sibuk dengan pekerjaanku. Membuat kami memutuskan untuk mengambil jalan sendiri2.


TAMAT

Nikmatnya Goyangan Gadis Kuningan

Namanya Mayang (nama Aslinya sengaja aku simpan).. 19 tahun... Foto ini aku ambil menggunakan kamera ponsel di kamarnya beberapa menit sebelum aku mencumbui dia. Sejak awal ketemu dia, aku sudah tertarik dengan gaya lugu-nya -- namun aku sendiri tidak menyangka bisa mendapatkan tubuhnya dengan mudah.

Semuanya berawal dari ajakan temanku untuk ikut liburan selama beberapa hari ke Kota Kuningan. Awalnya aku ragu, namun akhirnya aku memutuskan untuk ikut.
Hari pertama, Adhi mengajakku untuk nongkrong di Toserba Yogya, di sana dia menemui beberapa teman lamanya, sekalian cuci mata karena area toserba Yogya juga merupakan salah satu pusat tongkrongan anak muda di Kuningan.
Saat sedang mengisi pulsa di salah satu otlet yang dijaga oleh temannya Adhi, ada seorang gadis yang menepuk pundakku dari belakang. "Dicariin di Timezone malah ada di sini," katanya tanpa ba bi bu. Mata gadis itu membelalak lucu ketika sadar bahwa aku bukanlah orang yang dia maksud.

"Duh, maaf...." Ujarnya pelan, lalu dia mendelik kepada Jay --penjaga outlet-- yang tertawa melihat kejadian itu.
"Makanya, jangan asal serobot az, May" Jay berkata disela tawanya, ternyata Jay dan gadis itu telah saling mengenal.
"Maaf ya, saya kira..." Gadis itu tidak meneruskan ucapannya karena aku potong.
"Gak papa, kok." Ujarku sambil berusaha menampilkan senyum simpatik. Harus tebar pesona, soalnya gadis di depanku ini manisnya minta ampun.
"Di gebug lagi juga gak apa2, Neng'" timpal Adhi sambil mengedipkan matanya padaku.
Gadis itu masih tersipu, lalu dia cepat2 berlalu dari tempat itu.
"Kemana, May?" tanya Jay sebelum gadis itu menghilang.
"Masuk lagi, waktu istirahat dah abis." Jawab Mayang, lalu dia menghilang di balik mobil2 yang diparkir di depan outlet.
"Namanya Mayang, Dia SPG," Jay menerangkan sebelum Adhi sempat buka suara untuk menanyakan siapa gadis itu.
"Halagh... tau az Lu, Jay. Gue blom nanya Lu udah jawab duluan," Adhi terkekeh.
"Gue udah bisa baca dari sorot mata keranjang Lu itu,"
Aku pura2 sibuk menulis sms, namun dalam hatiku aku berusaha mengingat baik2 nama gadis itu. Mayang, SPG H&R Toserba Yogya.

Dua hari berlalu sejak kejadian itu. Tidak ada kejadian istimewa lain, tiap hari Adhi mengajakku mengunjungi tempat2 yang dulu biasa dia jadikan tempat nongkrong bersama teman2 lamanya. Aku bahkan hampir lupa soal pertemuanku dengan Mayang. Hingga akhirnya pada Malam Minggu Adhi mengajak aku untuk menonton acara Mentari on the Street, acara pentas musik band lokal yang rutin diadakan setiap malam minggu oleh salah satu radio di Kuningan.

Di sana aku kembali melihat Mayang. Dia sedang asyik menonton aksi panggung salah satu band lokal sambil dipeluk dari belakang oleh seorang cowok.

"Wah, udah punya cowok dia," ujar Adhi yang juga melihat Mayang.
"Wajar lah, cewek manis gitu..." jawabku sambil mengalihkan pandangan ke arah panggung.

Lalu aku dan Adhi sibuk menertawakan aksi vokalis norak yang kehabisan nafas ketika meneriakkan reff lagu Crawling-nya Linkin Park...

Selang beberapa lagu, aku kembali melirik tempat di mana tadi aku melihat Mayang. Gadis itu masih sedang bersama cowoknya, namun kali ini tidak mesra seperti tadi. Mereka seperti sedang bertengkar, lalu Si Cowok pergi begitu saja sambil menunjuk-nunjuk Mayang dengan marah.

Dari jauh aku bisa melihat mata gadis itu berkaca-kaca, dia menggigit bibir menahan tangis. Secara naluri aku langsung menghampirinya.

"Ada apa, May? Kok Kamu bertengkar ama dia?" tanyaku kemudian.
Mayang menatapku selama beberapa detik, "Ah, Kamu yang ketemu aku di Outlet nya Jay, ya?"
"Iya, namaku Yudha. Sori bukan mo ikut campur, aku hanya gak tega melihat kamu hampir nangis di tempat seramai ini."
"Ah, sudahlah... Gak perlu di bahas," Mayang memalingkan wajahnya, mungkin dia merasa canggung karena aku melihatnya hampir menangis. "Surya memang begitu orangnya, moody banget".
"Oh, jadi cowok kamu namanya Surya?"
Mayang mengangguk. "Dha, mau bantu aku ngga?"
"Tentu," jawabku.
"Bisa anterin aku pulang gak? Aku gak berani pulang sendiri malem-malem gini"
"Memangnya rumah KAmu di mana?"
"Di Kadugede,"

Aku tidak tahu KAdugede itu sebelah mana, tapi siapa peduli? Toh Mayang bisa menunjukkan jalan. "Ok," jawabku kemudian. "Aku ngambil kunci motor dulu ya".
LAlu aku menghampiri Adhi dan memnjam kunci motornya. "Wah, dapet rejeki, Lu". Ledek Adhi sambil melemparkan kunci motor yang aku pinta. Aku mengedipkan mata.

Sepanjang perjalanan pulang, aku tahu Mayang menangis di belakangku. Tapi aku pura2 tidak tahu, aku tidak mau dia merasa canggung.

Sesampainya di rumah, Mayang memintaku untuk masuk sebentar. Di rumah itu hanya ada neneknya yang telah tertidur pulas di kamar belakang. Mayang bercerita bahwa orang tuanya tinggal di Bandung.

"Silakan di minum, Dha." Kata Mayang sambil menyimpan gelas minuman ke atas meja di depanku. Aku mengangguk. "Aku ganti baju dulu, ya." Lanjut Mayang kemudian, lalu dia berlalu ke kamarnya.

Kamar Mayang terletak tidak jauh dari ruang tamu, saat sedang berganti pakaian, aku mendengar Mayang bertengkar lagi dengan surya di telepon. Entah apa yang mereka permasalahkan, yang jelas aku mendengar Mayang bertengkar sambil menangis. Setelah pertengkaran itu, Mayang tidak juga keluar dari kamarnya. Setelah menunggu selama 30 menit lebih, akhirnya aku memberanikan diri untuk menghampiri Mayang di kamarnya.

Mayang sedang menangis di atas tempat tidur ketika aku masuk.
"Mungkin sebaiknya aku pulang ya" Ujarku sambil duduk di pinggir tempat tidur.
Mayang tersentak, "Aduh, Maaf, Dha. Aku gak bermaksud nyuekin Kamu"
"Gak papa kok, aku maklum."
"Entahlah, Dha. Aku bingung, hubunganku dengan surya akhir2 ini semakin kacau."

Nada bicara Mayang menunjukkan bahwa dia sedang butuh teman bicara, akhirnya aku membatalkan niatku untuk pulang dan berusaha sebijak mungkin memberikan kata-kata penghibur untuk Mayang. Setelah beberapa lama, akhirnya Mayang menghapus air matanya lalu duduk di sampingku.

"Nah, gitu dong, jangan sedih melulu" Ujarku sambil mengambil ponsel dari saku celanaku. "Aku foto ya, beri aku senyuman."

Mayang tersenyum, lalu aku mengambil gambarnya beberapa kali menggunakan kamera ponsel. Saat sedang mengambil gambar, secara tidak sengaja aku melihat belahan payudaranya yang tersembul di balik kerah kaosnya. Aku yang memang sejak tadi menahan hasrat, akhirnya tak mampu lagi membendung.
Perlahan aku duduk di samping Mayang, tanpa permisi terlebih dahulu aku langsung memeluk dan menciumnya. Mayang sempat kaget lalu berusaha berontak, namun aku mempererat pelukanku dan memperdalam ciumanku.

"Hmmpphhhh, Dha...." Rintih Mayang di sela-sela hujanan ciumanku.
"Jangan menolak, May. Aku butuh kamu." Bisikku sambil mengalihkan ciumanku ke lehernya yang jenjang. Aroma wangi tercium dari tubuhnya, membuatku semakin hilang kendali.

Tanganku menelusup ke balik kaos Mayang, menjalar menuju gundukan payudara yang tidak terlalu besar namun padat. Rangsangan2 yang kuberikan akhirnya mampu meredam perlawanan Mayang. Secara perlahan dia merebahkan tubuhnya, aku mengikuti dan langsung menindih tubuhnya.

"Yudha... jangan terlalu jauh ya..." Bisik Mayang di sela2 nafasnya yang memburu.
Aku tidak menjawab permintaannya, dari atas tubuhnya, aku mulai melepaskan kancing baju Mayang satu persatu. Mayang berusaha berontak ketika aku melepaskan bajunya, namun aku berhasil membuka baju tersebut, bahkan sekalian merenggut bra nya hingga payudaranya terbuka dengan lebar.

Puting payudaranya menyembul keras, payudara ini pasti pernah dijamah seseorang, mungkin Surya, fikirku. Tapi aku tidak peduli, payudara ini tetap menawan. Erangan halus keluar dari mulut Mayang ketika mulutku mengulum dan mempermainkan putingnya. Aku membiarkan dia mengerang selama beberapa lama, semakin liar lidahku bergerak, semakin kuat erangan Mayang. Kemudian aku melepaskan kaos yang ku kenakan, lalu kembali menindih tubuhnya. Aku mengerang lirih ketika kulitku bersentuhan dengan kulitnya yang halus. Rudalku mengeras hebat di balik celana jeansku.

Mayang menolak ketika aku berusaha menyingkap rok nya, dia menamparku ketika aku berusaha memaksa. Untuk sejenak, aku harus melupakan keinginanku mempermainkan bagian bawahnya. Aku kembali menyerang payudara dan perutnya dengan usapan lidahku, ketika Mayang terbuai, sedikit demi sedikit aku mempreteli pakaian yang masih menempel di tubuhnya hingga terlepas semua, dan aku pun mempreteli semua pakaian yang masih melekat di tubuhku.
Mayang berusaha mendorong tubuhku ketika dia sadar aku dan dia telah telanjang bulat. "Jangan, Dha... Aku masih milik Surya..." Bisiknya lemah.

Tapi mana mau aku melepaskan kesempatan ini. "Beri aku satu kali saja, aku ingin menikmati tubuhmu..."

"Jangan, Dha...."
"Ayolah, May... Atau, kamu masih perawan?"
Mayang menggeleng, "Surya telah mengambilnya"
"Kalau begitu, apa salahnya kalau kamu memberiku kesempatan?" Aku tetap berusaha menindihnya, memperkuat posisiku diantara perlawanan Mayang yang semakin melemah. Kepala tongkatku beberapa kali menggesek bibir vaginanya, ketika tepat di depan lubang senggama Mayang, aku berusaha menekan, namun beberapa kali usahaku gagal karena Mayang merapatkan kakinya.

"Aku tidak mau menghianati Surya, karena..... Ahhhhhh..." Mayang tidak melanjutkan ucapannya ketika akhirnya kepala tongkatku berhasil memasuki liang kenikmatan tersebut.

Aku mengerang keras, sensasi kenikmatan menjalar cepat. Penisku belum masuk semua, liang senggama Mayang terasa sempit. Beberapa kali aku bergerak maju mundur hingga akhirnya BLESSSHHHH.... seluruh penisku masuk.
Mayang mengerang, vaginanya yang belum dilumasi secara sempurna terasa seret, sisa2 perlawanannya mulai berakhir....

Aku terus bergerak, menjemput kenikmatan demi kenikmatan dari tubuh Mayang. Secara perlahan, Mayang mulai menikmati dan ikut berperan hingga akhirnya persetubuhan ini berjalan seimbang. Bunyi khas terdengar dari liang senggamanya seirama dengan gerakan2 yang kami buat.

"Ahhhh... Yudha... punyamu besar sekali........"
"Nikmatilah sepuasmu, Sayang.... Aku juga... ahhh...." Pijatan halus vagina Mayang yang mengurut penisku membuatku tak mampu menyelesaikan ucapanku.
"Aku mau keluaarrrr....." Desis Mayang.... Beberapa lama kemudian liang senggamanya semakin penuh oleh cairan...

Aku masih terus mengayun, lalu aku bangkit dan melipat kedua kakiku. Tanpa membiarkan terlepas, aku menyetubuhinya dalam posisi baru.
Erangan dan rintihan masih berbaur. Sekilas mataku melihat ponsel milikku tergeletak di sebelah kiri. Ponsel itu kuambil, sambil tetap menyetubuhi Mayang, aku mengambil beberapa gambar melalui kamera ponselku.
JEPRET!!!

"Yudha... apa yang kamu lakukan?" tanya Mayang di sela2 erangannya.
Aku tidak menjawab karena puncak kenikmatan semakin mendekat. Gerakan itu kupercepat dan aku kembali menjatuhkan tubuhku menindih tubuh Mayang. Sengatan-sengatan kenikmatan semakin cepat menerjang.

"Ahh... Dha... aku mau keluar lagi........" MAyang mengerang....
"Aku juga, Sayaaanggg," jawabku, pelukanku kuererat, gerakanku semakin ku percepat, intensitas enikmatan yang semakin meningkat membuatku tak tahan dan meninggalkan beberapa gigitan di leher dan dagu Mayang.
"Ahhh Ahhhhh Ahhhhhh.... Mayang semakin keras mengerang....."
"Ugh... keluarin di mana, Sayang?" tanyaku, gerbang puncak telah di depan mata.
"Jangan dicabuuutt... Di dalam saja, semprotkan semuanya padakuuuuuuu...."

Tubuhku mengejang, sensasi kenikmatan meledak di puncaknya diiringi erangan panjang aku dan Mayang..... Aku menyemprot kuat beberapa kali...

"Kamu tidak takut hamil?" tanyaku setelah puncak kenikmatan berlalu perlahan.
Mayang menggeleng. "Saat ini aku memang sedang hamil dua bulan, itulah penyebab pertengkaranku dengan Surya." jawabnya.

Aku mencabut sisa-sisa yang masih ada dan membaringkan diri di samping Mayang. Tubuh kami berkeringat, tempat tidur acak-acakan tak karuan. Mayang memelukku.

"Nikmat sekali, Dha. Andai Surya sehebat Kamu...." bisiknya.

Aku tersenyum bangga. "Beri aku waktu istirahat beberpa menit, dan akan aku berikan lagi kenikmatan seperti tadi," jawbku. Kemudian aku mengecup keningnya. Malam itu empat kali aku menyetubuhinya hingga pagi. Perbuatan kami hampir dipergoki neneknya yang terbangun.

Jam 6 pagi aku pulang menuju rumah Adhi. Rentetan omelan menyambut kedatanganku.

"Gila Lo Dha... Nidurin cewek sampe lupain temen... Gue hampir pulang jalan kaki tadi malem, untung gue ketemu Anita yang nganterin gue pulang. Kalo tau gini, gak bakalan gue kasiin kunci motor itu."

Aku tersenyum... "Jangan belagak ngambek, Lo.... Gue tau tadi malem Lo juga

"maen". Ama siapa? Anita? Siapa tuh Anita?"
"Tau darimana?" tanya Adhi heran.

Aku sengaja tidak langsung menjawab. Kemudian sambil berlalu menuju kamar mandi, aku berkata; "Empat cupang di leher Lo itu, jelas banget keliatan... Buset, ganas amat Si Anita... Kenalin dong... Gue juga pengen nyobain...."
Mendengar omonganku, Adhi langsung berlari menuju cermin.

TAMAT

Petualangan Akhir Pekan

Aku seorang lajang dan bekerja sebagai asisten manager pada sebuah perusahaan swasta. Aku mempunyai pengalaman menarik pada saat aku sedang berakhir pekan di Anyer, Banten beberapa waktu lalu. Biasanya akhir pekan kuhabiskan dengan clubbing dengan teman-temanku. Tapi kali ini aku ingin sendirian menikmati hari libur yang hanya singkat itu. Nah, sewaktu disana aku ceroboh saat bermain di pinggir pantai hingga hp kesayanganku nyemplung di air laut hingga mati total. Gara-gara itulah aku mendapatkan pengalaman menyenangkan yang tak terduga.

Singkat cerita esoknya hari Sabtu aku jalan-jalan menuju pusat perbelanjaan yang berada di pusat kota Cilegon untuk membeli pengganti ponselku yang rusak. Sesampainya disana aku langsung menuju ke lantai atas yang merupakan lokasi pusat perdagangan hp disana. Setelah cari merek dan model terbaru yang memang sudah kuincar dari kemarin akhirnya kudapatkan disalah satu gerai yang cukup besar disitu. Sambil duduk, kucoba-coba fitur yang ada pada ponsel yang baru kubeli. Saat asyik mengutak-utik barang baru tersebut, sales gerai yang berada dihadapanku sekonyong-konyong berucap,

"Cari apa mbak?". Refleks kepalaku menoleh samping. Sosok yang disapa tadi berdiri disamping agak kebelakang. Seorang gadis berseragam hem putih lengan panjang dengan rok abu-abu panjang semata kaki mengenakan jilbab putih. Yang disapa hanya menjawab,"Ah, nggak mbak. Cuma lihat-lihat", sambil tersenyum kecut.

Sekilas dari pengamatanku sosok gadis tersebut mempunyai tinggi 160cm dan berwajah cukup manis dan cantik. Sepertinya ia tertarik pada ponsel yang baru kubeli ini. Aku tahu itu karena pada saat melihatnya, dia seperti sedang berdiri memperhatikan hp yang sedang kuutak-utik.

Tak lama kemudian gadis itu beranjak pergi. Entah kenapa aku jadi ingin melihat sosoknya sekali lagi. Sambil bergaya seperti hendak menelpon dengan hp baru, kutolehkan kepalaku sedikit.

"Wah! Boleh juga nih cewek", ujarku dalam hati. Walau siswi itu berbusana serba tertutup namun karena seragam yang ia kenakan itu nampak ketat membalut maka setiap lekuk tubuhnya nampak jelas terpampang. Pinggulnya ramping sedangkan pantatnya bulat dan sekal. Pikiran nakalpun mulai singgah di kepalaku membangkitkan libidoku.

Sekalian ingin mencoba kemampuan hp baru, kuarahkan kameranya untuk memotret siswi itu walau hanya nampak dari belakang. Pertama aku kupotret seluruh badan dan yang kedua sengaja aku zoom bagian pinggul dan pantatnya.

"Wow, bohai bener nih pantat! garis cd-nya aja keliatan", ujarku dalam hati begitu melihat hasil jepretan kamera ponsel.

Setelah beres urusan hp, aku segera menuju food court yang ada di lantai bawah untuk makan siang. Sambil menunggu makanan yang kupesan datang iseng kubuka lagi file foto yang kujepret tadi. Melihat foto itu fantasi liarku mulai melayang jauh. Entah kenapa baru kali ini aku merasa begitu terangsang oleh penampilannya. Padahal selama ini aku biasa-biasa saja melihat setiap gadis berjilbab. Mungkin selama ini aku tidak menyadari seperti ada daya tarik tertentu dari wanita yang berpakaian seperti itu. Kubayangkan diriku sedang leluasa menjamah dan menikmati tubuh siswi berjilbabitu. Lagi asyik-asyiknya aku melamun, pelayan food court yang mengantarkan makan siangku membuyarkan itu semua.

Buru-buru kusimpan ponselnya ke saku celana.

Baru saja mau makan, tiba-tiba mataku menangkap sosok yang kubayangkan tadi berada tidak jauh dari tempatku duduk. Nampaknya ia sedang asyik melihat-lihat pernak-pernik dan asesori perhiasan yang berada di counter dekat food court ini. Segala gerak gerik gadis itu tak lepas dari pengamatanku. Saat tubuhnya berbalik hendak beranjak meninggalkan gerai tersebut, tiba-tiba pandangannya beradu dengan tatapanku. Nampaknya ia sedikit kaget melihat keberadaanku. Seakan malu melihatku, kepalanya langsung ditundukkan menghindari tatapanku. Tapi seakan penasaran tidak yakin yang dilihatnya itu aku, sekali lagi ia menoleh sedikit kearahku.

Kulemparkan senyumku sambil melambaikan tangan kearahnya seakan menggoda sikapnya yang malu-malu kucing.

Gadis itu seakan menjadi kikuk atas sikapku kepadanya. Ia hanya tersenyum malu lalu menundukkan pandangannya kebawah seakan tidak berani beradu pandang denganku.

Beberapa saat ia hanya berdiam disitu sambil kepalanya celingak-celinguk seakan takut ada yang mengenalinya berada disekitarnya.

Perlahan aku bangkit dari duduk dan kuhampiri dia. Siswi berjilbabitu kulihat semakin salah tingkah dan grogi ketika aku mulai mendekat.

"Halo dik, ketemu lagi kita disini. Lagi ngapain? Mau belanja asesoris?", sapaku. Yang disapa hanya tersenyum simpul dengan kepala sedikit tertunduk malu sedangkan tangannya memegang erat tas ransel dipunggungnya. Perlahan dengan suara pelan ia menjawab,

"Ah, nggak om cuman liat-liat aja koq", dengan pandangan menunduk kebawah.

Lalu dengan segala keramahan kucoba mengajaknya makan siang bersamaku. Mula-mula ia tampak sedikit ragu atas ajakanku. Tapi akhirnya dengan sedikit bujuk rayuku ia mau juga.

Setelah berbasa-basi, kami berkenalan. Namanya Erni Widyaningsih berumur 16 tahun duduk di kelas 2 salah satu SMK swasta disana. Setelah itu kami lanjutkan perkenalan ini dengan santap siang. Disini mengalir bermacam-macam obrolan mulai dari dirinya sampai unek-unek dan permasalahan yang ia hadapi saat ini. Dia adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Bapaknya pegawai honorer pemda sedangkan untuk membantu menambah penghasilan keluarga ibunya bekerja sebagai karyawan sebuah toko. Erni sengaja masuk SMK (SMEA) karena begitu lulus ingin bisa langsung kerja membantu orang tuanya. Namun keinginannya itu bisa kandas ditengah jalan karena sekarang keuangan orangtuanya yang sedang sulit sehingga ia masih menunggak SPP.

Sedangkan teguran dari sekolah hampir tiap hari diterimanya. Bahkan hari ini ia dipaksa pulang lebih awal dari sekolah karena masih belum . Yang membuatnya sakit hati yaitu sikap beberapa teman kelasnya yang terus mengejek dan menyindir keadaan sulit yang sedang dialaminya.

Dia merasa heran dan bingung karena beberapa siswi yang suka mengejeknya justru berkeadaan sama dengan dirinya. Meskipun begitu penampilan mereka justru layaknya seperti orang yang berkecukupan. Mulai dari tas, sepatu bahkan hp bagus mereka punya. Di depan Erni mereka selalu bergaya memamerkan barang-barang tersebut. Terus terang terkadang ia merasa iri dengan mereka. Sampai disitu, kutanyakan padanya apakah dia tahu bagaimana teman-temannya itu mampu membeli barang-barang tersebut. Mendengar pertanyaanku itu sejenak ia diam sambil menunduk seakan tahu tapi malu menjawabnya. Setelah kudesak secara halus akhirnya keluar pengakuan bahwa ia pernah mendengar kabar bahwa teman-temannya itu menjual diri demi mendapatkan materi.

Mulanya ia tidak mempercayainya tapi kemudian secara tidak sengaja ia memergoki salah seorang rekannya itu sedang digaet pria berumur sewaktu pulang sekolah.

Mendengar pengakuannya sambil tersenyum kutanyakan pendapatnya tentang perilaku teman-temannya itu. Sambil diam sejenak kemudian ia berkata kalau sebenarnya kesal juga sedikit iri dengan mereka yang mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang.

"Lha kalau nggak begitu, mungkin mereka juga akan mengalami nasib yang sama dengan kamu. Habis mau gimana lagi minta sama orang tua sulit, yah satu-satunya cara mungkin yang seperti kamu bilang itu.", ujarku sembari menunggu reaksinya. Siswi berjilbabitu hanya diam tertunduk mendengar kata-kataku. Nampaknya pernyataanku menusuk kedalam sanubarinya.

Melihat ia yang masih diam saja yang tidak membantah atau mengiyakan pernyataanku tadi, otakku mulai berputar mencari siasat untuk menggiring gadis yang sedang dalam kesempitan ini kearah yang kumau. Dengan lembut kutanya, "Erni, kamu masih mau sekolah kan?". Dia hanya mengangguk pelan mengiyakan.

"Kalau om tolong bayarin SPP-mu kamu mau nggak?", tanyaku lanjut.

"Ah, yang benar? Masak sih om?", sahut Erni sambil memandangku dengan tatapan kaget seolah tidak percaya.

"Ya iya dong. Om serius mau ngebantu kamu. Masak bercanda?", jawabku berusaha meyakinkannya. Terkesima akan tawaranku gadis itu berkata heran,

"Aduh om baik sekali! Koq mau nolongin Erni? Om kan baru kenal sama Erni".

"Saya nggak tega kalau kamu putus sekolah. Kasian kan kalau cita-cita kamu kandas di tengah jalan. Kasihan orang tua Erni yang punya harapan besar sama", ujarku sambil tersenyum. Sejenak ia terdiam.

"Kenapa? Kamu masih nggak percaya?", tanyaku.

Lalu ia menjawab, "Bukan begitu om, tapi rasanya Erni nggak bisa membalas kebaikan hati om. Rasanya bantuan yang diberikan om terlalu besar buat Erni. Kayaknya terima kasih aja nggak cukup buat membalas semuanya.", dengan wajah sedikit bingung.

"Ah, kamu nggak usah bingung. Kalau pengen balas budi gampang koq, asal kamu ngerti caranya.", timpalku sambil tersenyum penuh arti. Dengan pandangan penuh tanda tanya ia berkata.

"Caranya gimana om?", seolah penasaran ingin tahu kemauanku.

"Er, di dunia ini tidak ada yang gratis. Kalau ingin mendapatkan sesuatu kita harus berusaha. Begitu juga dengan teman-temanmu. Mereka tahu kalau hanya mengandalkan orang tua segala keinginan yang terpendam tidak akan mereka dapatkan. Jadi walau banyak yang tidak suka cara mereka, mungkin termasuk kamu, mereka ambil jalan yang paling gampang. Caranya ya itu tadi yang seperti kamu ceritakan. Jadi... kalau kamu ingin membalas kebaikan om, yah caranya seperti yang seperti teman-temanmu itu", paparku sambil tersenyum penuh arti. Sekilas raut wajah remaja putri itu kaget sekaligus gelisah mendengar penjelasanku tadi. Ia cuma terdiam sambil tertunduk. Wajahnya yang manis nampak penuh kebimbangan.

Melihatnya dalam keadaan bimbang kulancarkan rayuan sambil mengiming-iminginya untuk membelikan segala macam barang bagus. Sekilas kemudian sambil menatapku dengan tatapan bimbang ia bertanya dengan suara pelan,

"Tapi om kalau... saya nanti hamil gimana?".

"Oh.. itu sih gampang. Kamu nggak mungkin sampe hamil. Banyak cara buat mencegahnya koq. Tenang, om ngerti caranya.", jawabku tersenyum seraya meyakinkan dirinya yang sedang bimbang. Gadis itu kemudian menurunkan pandangannya ke atas meja sambil menaruh kedua tangannya diatas meja. Jemari kanannya meremas jemari kirinya pertanda ia sedang berpikir keras.

Setelah membiarkannya sejenak untuk berpikir, kulancarkan kalimat pamungkas untuk meruntuhkan kebimbangannya. Seraya memandang tajam wajahnya perlahan tanganku menyentuh jemarinya sambil berkata,

"Om tidak akan memaksa Erni. Kalau kamu mau om senang sekali, tapi kalau nggak ya nggak apa-apa. Tapi coba pikirkan sekali lagi, apa ada cara yang lebih baik lagi buat menyelesaikan masalah kamu sekarang..... hmmm", seakan mengarahkan pikirannya kalau tidak ada cara lagi selain yang kutawarkan tadi. Erni hanya bisa memandangku dengan tatapan sayu seakan pasrah mengiyakan ucapanku. Beberapa saat kami saling bertatapan seraya kedua tanganku meremas kedua jemarinya. Gadis itu seolah sudah berada dalam genggamanku karena ia tidak menolak jemarinya yang halus diremas olehku. Merasa semua sudah berjalan dengan rencanaku, kuajak ia berlalu dari situ.

Singkat cerita, selama dalam perjalanan menuju bungalow tempatku menginap pandangan dan pikiranku tidak lepas dari sosok siswi SMK disampingku ini. Tangan kiriku tidak henti-hentinya bergerilya mengelus pipi, dagu, tangan dan bahkan pahanya. Namun karena sudah pasrah ia diamkan saja perlakuanku itu. Rasanya tidak sabar lagi untuk segera beraksi. Kularikan kendaraanku secepat mungkin agar cepat sampai tujuan.

Sampai ditujuan keluar dari mobil, bagai sepasang kekasih kurangkul pundaknya dengan tangan kiriku. Kubawa ia menuju kamar tidur utama. Kemudian setelah menutup pintu kamar kutarik kedua lengannya dan kuletakkan diatas pundakku. Sedangkan kedua tanganku mendekap erat tubuhnya. Wajah kami saling berhadapan amat dekat. Wajah yang cantik manis dengan tatapan sayu serta bibirnya yang mungil agak sedikit terbuka seperti meminta untuk dilumat. Segera kucium dan kulumat bibirnya dengan gemas sedangkan kedua tanganku mulai beraksi mengelus punggung dan pinggangnya bergantian.

Beberapa saat kemudian tanganku beralih turun kepantatnya. Kuelus dan kuraba terasa kenyal dan padat bongkahan pantat gadis ini. Dengan gemas kuremas-remas pantatnya sambil sesekali mencengkram dan mendorongnya ke arah selangkanganku. Wajah Erni mengernyit kaget dengan perlakuanku itu. Apalagi dia merasakan benda aneh yang keras dari balik celanaku menekan-nekan selangkangannya. Puas melumat bibirnya ciumanku perlahan turun ke dagu kemudian leher menuju payudaranya. Sepasang payudara yang montok menggelembung padat meyembul dari balik hem putih lengan panjangnya. Segera kupagut dan kukulum payudara yang masih tertutup oleh kemeja putih seragamnya.

Tangan kananku segera meraih dan meremas payudara kirinya sedangkan tangan kiriku masih asyik meremas pantatnya. "Ohh.... mmmhhh", kepala siswi berjilbabitu mendongak sambil melenguh menikmati perlakuanku. Kedua tangannya meremas-remas kepalaku.

Perlahan tangan kananku mulai membuka kancing baju seragamnya satu persatu sambil menarik bawahan kemeja itu dari balik roknya. Terpampang dihadapanku sepasang buah dada yang montok berukuran 33 dengan BH yang nampak kekecilan untuk menampungnya. Lalu kulucuti hem putih lengan panjang beserta BH yang masih dikenakannya itu. Kini Erni hanya tinggal mengenakan rok abu-abu panjang semata kaki dengan jlbab putihnya. Sengaja kubiarkan begitu karena bagiku hal tersebut merupakan sesuatu yang amat menggairahkan.

Melihat pemandangan yang indah ini segera kulanjutkan aksiku dengan menghisap dan menjilati sepasang puting susu miliknya yang sudah menegang dengan rakus. Terkadang tanganku ikut bermain dengan memiting dan memilin puting yang berwarna coklat muda itu.

"Ouhh... ahhh... ahhh", desah bibir mungil yang setengah terkatup sambil meremas kepala dan pundakku.

Nafasnya naik turun menahan nikmat. Semakin lama desahannya semakin kencang membuatku semakin bergairah. Sambil membalikkan tubuh ABG ini hingga membelakangiku segera kulepas semua pakaian yang kukenakan tinggal celana dalamku. Kemudian sambil memeluk dari belakang kuraih wajahnya dan kulumat kembali bibir mungilnya, sementara kugesek-gesek penisku yang sudah menegang di dalam cd-ku kearah pantatnya. Sedang tangan kiriku asyik memilin puting dan meremas buah dadanya bergantian, jari tengah tangan kananku mulai mengorek-ngorek kemaluan Erni dari luar rok abu-abu panjangnya.

"Emmhh... mmhh..", desahnya tertahan oleh ciumanku sedangkan kedua tangannya pasif memegangi tangan-tanganku yang sedang bereksplorasi seakan mengikuti permainan ini.

Beberapa menit kemudian kusuruh Erni membungkuk sambil tangannya memegang pinggiran meja hias yang ada di depannya. Lalu kusingkap roknya keatas sampai sepinggang. "Wauw indah sekali...", desahku perlahan melihat pemandangan yang ada dihadapanku ini. Pantat yang bulat sekal ditopang sepasang paha dan betis mulus dan bersih. Kutarik celana dalamnya kebawah. Mataku menatap kagum keindahan pantatnya yang putih mulus. Sejenak kuelus dan kuremas bokong indah itu sambil sesekali menciuminya dengan gemas. Erni hanya bisa menundukkan kepalanya. Tubuhnya sedikit bergetar mendapat perlakuan seperti itu.

Setelah itu kurentangkan sedikit kedua pahanya dan kulihat vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus menebarkan baunya yang khas. Kusibakkan vagina gadis ini dan dengan jari tengahku kukorek-korek.

"Emmmhh....", tiba-tiba tubuhnya menggelinjang hebat sambil pahanya bergerak seolah hendak menjepit tangan kananku yang sedang memainkan liang surganya.

Terus kukorek-korek sampai jariku mulai kebasahan oleh cairan kewanitaan yang keluar dari sana. Nafas dan desah kecilnya memburu membuat gairahku meningkat. Kurasa ini saat yang tepat untuk mulai beraksi karena penisku sudah menuntut untuk dimasukkan. Kutarik jariku, lalu kurebahkan tubuhnya ke ranjang. Matanya menatap sayu kearahku yang tinggal bercelana dalam.

"Ihhh..!!", pekiknya pelan sambil menutup wajahnya begitu melihat kemaluanku yang besar tegak mengacung didepannya. Perlahan kudekati Erni sembari menarik kedua belah tangannya.

"Kenapa sayang?", tanyaku sambil tersenyum.

"Takut om, punya om besar sekali. Nanti sakit.", ujarnya ketakutan.

"Tenang sayang nggak sakit koq. Cuma kayak digigit semut sebentar", jawabku sembari mencium bibirnya untuk meredakan ketakutannya.

Kedua tanganku tidak ketinggalan memainkan payudara dan liang vaginanya.

"Mmmhh.. cupp.. cupp", desahnya tertahan oleh ciumanku. Sedangkan nafas gadis ini mulai memburu pertanda ia semakin terangsang. Tak lama kemudian kurasakan ujung jariku semakin basah oleh cairan yang keluar dari kemaluannya.

"Ah, ini dia saatnya", ujarku dalam hati lalu kurentangkan kedua pahanya lebar-lebar. Lalu sambil bertumpu dengan lengan kiriku, tangan kananku membimbing sang penis memasuki kemaluannya.

"Ouhh... sshhh..!", desisnya sambil menyeringai menahan rasa sakit saat penisku perlahan memasuki liang kenikmatannya. Kedua tangannya menggenggam erat seprei ranjang seakan bersiap untuk menerima kejutan lebih lanjut. Luar biasa! Penisku terasa kesulitan menembus vaginanya. Perlahan senti demi senti kemaluanku menembus lubang sempit siswi SMK ini. Akhirnya aku berhasil membenamkan seluruh batang kejantananku kedalamnya. Kurasakan nikmat luar biasa ketika penisku terasa seperti diurut oleh denyutan dinding kemaluan gadis ini.

Sesaat bisa kurasakan kalau ada sesuatu yang menetes keluar dari kemaluannya. Nampaknya keperawanan gadis ini jebol sudah.

Kemudian perlahan kupompa maju mundur. Paras cantik Erni nampak mengernyit menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya. Namun lama kelamaan seiring dengan makin lancarnya genjotan penisku, mimik wajahnya berubah seperti mulai menikmati permainan ini.

"Shhh.. hehh.. hhhh", desah kecil bibir mungilnya sembari kedua tangannya mencengkeram erat lenganku yang sedang bertumpu disamping tubuhnya.

Melihat wajah yang cantik sedang berdesah ini membuatku semakin bergairah. Segera kulumat bibir itu sambil memainkan lidahku di dalamnya dan ternyata ia juga membalas dengan memainkan lidahnya.

"Mmmhh... cupp... cupp...", bunyi ciuman kami berdua yang diselingi permainan lidah.

Semakin lama semakin cepat genjotanku dan secara refleks Erni melingkarkan kedua kakinya ke pinggulku. Hampir sepuluh menit lamanya kami bersenggama dengan posisi ini dan tidak lama kurasakan lubang senggamanya semakin basah.

"Ouuhhh.... ohhhh.... Omm.... Err.. nnii.. mo.. pipisss..", getar suaranya menahan suatu dorongan luar biasa dari tubuhnya. Nampaknya dara bertubuh sintal ini akan mencapai klimaksnya. Dan benar saja, tubuhnya bergetar melengkung ke belakang sedangkan pahanya yang melingkar di pinggulku menjepit erat. Terasa sesuatu yang hanyat menyemprot keluar dari dalam vaginanya membasahi penisku. Sejenak kuhentikan genjotan sambil mencabut penisku dari liang senggama dara montok ini.

Nampak penisku dibasahi oleh cairan vagina bercampur darah. Begitu juga vaginanya dan dengan secarik tisu kubersihkan kemaluan kami berdua. Beberapa menit kemudian kurangsang Erni kembali untuk menuntaskan hasrat birahiku yang belum tuntas. Tak lama kemudian vaginanya mulai basah pertanda dia sudah kembali terangsang.

Kemudian dengan mesra kuajak ia turun dari ranjang. Lalu kusuruh dia agar membungkuk membelakangiku. Tangannya bertumpu dipinggir ranjang sedangkan kedua kakinya menjejak ke lantai. Rok abu-abu panjangnya yang sempat terjurai kebawah kuangkat lagi sampai sepinggang. Sambil mencengkeram pantatnya yang montok dengan tangan kiriku, tangan yang kanan mengarahkan penis yang tegak mengacung ke arah vaginanya. Sejenak kugesek-gesekkan di bibir kemaluannya yang mulai basah tadi.

"Ohhh...", desahnya pelan sambil menundukkan kepala sambil tangannya meremas-remas seprei.

Kini ujung penisku benar-benar terasa basah oleh cairan kewanitaan yang mengucur dari dalam kemaluannya. Perlahan dengan bantuan tangan kanan aku mulai melakukan penetrasi. Tidak seperti tadi, sekarang walau masih terasa sempit kemaluanku dengan lancarnya menerobos masuk sampai pangkal penisku menyentuh bokongnya. Kubiarkan penisku yang terbenam penuh didalam liang senggama gadis ini sejenak. Lalu dengan perlahan kumaju mundurkan selangkanganku. Kulakukan dengan tempo lambat untuk beberapa saat lalu secara bertahap kupercepat sodokanku.

"Ahhh... ahhh... uhhh... uhhh", desah Erni yang semakin lama semakin kencang. Tubuhnya terguncang-guncang karena sodokanku yang makin lama makin cepat. Sambil menyetubuhinya dari belakang kedua tanganku beraksi meremas dan mencengkeram pantatnya.

"Plakkk... plakkk...", bunyi selangkanganku saat berbenturan dengan bokongnya. Terkadang kuremas kedua buah dadanya dari belakang

"Ohhh... Errrnnniii... sayyyanggg... ennakk... khammuu... memang... nikmaatt.. sshhh..", racauku sembari menggenjot pantatnya dengan cepat.

"Emmmhhh... ohhh... omm... mmhh", desah siswi berjilbabitu seakan merespon racauanku sembari kepalanya bergoyang kanan kiri terkadang menunduk kebawah menahan nikmat. Tubuh kami berdua kini benar-benar basah kuyup bermandikan keringat. jilbab dan rok sekolah yang melilit dipinggang Erni juga ikut basah karenanya.

Tak terasa lebih dari 10 menit kami berdua bersetubuh dalam posisi ini. Lama kelamaan dorongan berejakulasi tidak dapat kutahan lagi. Sedangkan gadis yang sedang kugenjot ini juga mulai menampakkan tanda-tanda akan orgasme.

"Ouhh... omm... Errrhhh... nnnii... mauh... pipisss lagihhh...", kata dara manis ini dengan nafas terengah-engah.

"Ssshh... tahhann... sedikitt... llagii... sayyyaaangg. Ommh... jugga... mo.. nyampee..", ujarku sembari mempercepat laju sodokanku.

"Ohhhh....", erang Erni dengan tubuh menegang dengan kepala mendongak seraya vaginanya megucurkan cairan. Bersamaan dengan orgasmenya Erni akupun mencapai klimaks. Lalu kupeluk pinggangnya erat-erat sembari membenamkan penisku dalam-dalam.

Dan,"Ahh....!", lenguhku nikmat seraya memuntahkan air maniku. Liang senggamanya sekarang dipenuhi oleh campuran spermaku dan cairan vaginanya. Kemudian kami berdua terkulai lemas sisi ranjang dengan posisi aku menindihnya dari belakang. Kubiarkan sejenak kemaluanku yang masih tegang didalam vaginanya.

Hari menjelang sore, tak terasa kami terlelap puas. Saatnya aku mengantar Erni pulang. Tak lupa sebelumnya kuberi dia pil pencegah kehamilan. Dan sesuai dengan janjiku padanya tadi, kami mampir dulu di pusat perbelanjaan dan kuberikan semua yang ia mau plus uang untuk kebutuhan sekolahnya.

Dalam perjalanan mengantarkannya pulang aku sempat menikmati tubuhnya sekali lagi. Di tempat yang sepi dan gelap jauh dari keramaian kutepikan sedanku. Sembari menyuruh Erni pindah kepangkuanku kugeser mundur tempatku duduk. Sambil ia duduk membelakangiku kusingkap rok abu-abu panjangnya dan kusibak celana dalamnya. Lalu bersetubuhlah kami sampai klimaks. Setelah puas kulanjutkan perjalanan mengantarnya pulang. Sebelum sampai ditujuan aku berjanji padanya untuk meghubunginya kembali bila aku cuti atau libur.

TAMAT

Akhirnya Tidak Berakhir

Kejadian ini terjadi baru aja beberapa minggu yang lalu, perusahaanku tempat aku bekerja membuka satu kantor cabang lagi pada bulan Oktober 2006 kemaren untuk operational di daerah Mampang Jakarta, Aku ditugaskan ke kantor yang baru itu dan seperti umumnya pastilah membutuhkan beberapa orang karyawan baru dan setelah melalui seleksi perusahaan maka telah diterima beberapa orang karyawan baru di kantor cabang tersebut.

Rea adalah salah seorang karyawan baru yang di tugaskan membantu aku untuk reporting data, Rea berumur 24 tahun dan asli Kalimantan, anaknya cantik putih dan sangat modis dengan rambut panjang dicat warna merah, sekilas anaknya kelihatan sedikit angkuh , tingginya sekitar 160 cm dan agak kurus tapi bodinya sangat sexy sekali. Awalnya aku tidak kepikiran macam-macam waktu melihat dia, karena ukuran buah dadanya yang sedang malah sedikit kecil sedangkan aku lebih suka cewek yang memepunyai ukuran dadanya 34, tapi pantatnya dan tubuhnya secara keseluruhan dengan penampilannya memang aku akui memberikan kesan sexy sekali. Apalagi bibirnya sangat sexy dan kalau bicara pasti akan bikin gemes kaum pria untuk melumatnya, kadang pernah terbayang dipikiranku bagaimana rasanya kalau bibir yang sexy itu melumat juniorku, pasti sangat nikmat sekali.

Beberapa bulan pertama dia mulai membantuku dan hubungan antara kami masih biasa saja seperti hubungan atasan dengan pegawainya, tapi yang aneh aku rasakan dia sering berlama-lama di kamar kerjaku dan selalu rajin bertanya tentang pekerjaan, dia ini anaknya memang cerdas dan cepat tanggap dengan pekerjaan, yang bikin aku heran kadang-kadang kalau pekerjaan sedang tidak banyak dia juga masih suka di kamar kerjaku menanyakan hal-hal ringan walaupun itu masih dalam lingkup urusan kerjaan atau seputar masalah kantor/perusahaan. Aku juga pernah bertanya tentang dia dan dia nampaknya sangat terbuka, dia bilang bahwa dia di Jakarta sebelum masuk kerja di perusahaanku tempat aku bekerja ini baru 1 bulan dari kalimanatan setelah menyelesaikan kuliahnya dan di Jakarta ini dia kos di daerah karet walaupun ada saudara disini tapi dia tidak mau tinggal sama saudara, "gak bebas bang...!", begitu jawabnya, aku sengaja suruh dia panggil aku "abang" kalau lagi berdua, sejak kami mulai akrab dan tentu saja sejak aku sering berkhayal untuk merasakan nikmatnya bibir sexy dan mulus serta harum tubuhnya, terus terang aku sangat menyukai wangi tubuhnya dan waktu kami berdekatan, diam-diam aku sering menikmati wangi tubuhnya yang membuat juniorku bergerak-gerak. Kulitnya sangat putih mulus sekali, pasti dia rajin merawat tubuhnya, aku juga berfikir vegynya juga pasti bersih dan wangi, timbul keinginan aku untuk menjilat dan merasakan kenikmatannya, untuk dadanya memang kurang menarik karena ukurannya kecil tapi padat dan aku juga yakin pastilah putingnya berwarna pink karena kulitnya yang putih mulus biasanya putingnya pasti berwarna pink dan pasti belum sering di isep cowok(ini aku ketahui setelah aku dapat mlihat, menikmati dan menanyakannya).

Sabtu pagi itu hujan turun dengan lebat banget, pegawaiku banyak yang tidak masuk kantor mungkin karena hujan dan sabtu juga jam kantorku sampai jam 1 siang, Aku melamun menatap keluar jendela dari ruang kerjaku di lantai 9 melihat hujan yang turun dengan derasnya, pastilah nanti akan macet pulangnya dan jalan-jalan di jakarta juga sudah pasti banyak yang digenangi air, membuat aku males mikirin pulang bawa mobil macet-macetan. Lamunanku dikagetkan dengan suara halus dan tiba-tiba Rea sudah berada di dekatku, "kok pagi-pagi sudah ngelamun bang. ?". Suara Rea terdengar lembut banget menyapaku, dia memang sering langsung masuk tanpa mengetuk pintu dan sengaja tidak aku tegur karena aku juga pengen dia merasa dekat dan bebas dengan aku sehingga aku juga bisa bebas sama dia, itu yang ada dalam pikiranku, tapi dia sangat mengerti dan sangat menghormati aku sebagai atasannya kalau lagi didepan bawahanku yang lainnya. "minum kopi dulu bang. ", nih Rea buatin, mumpung masih panas", katanya"lho pak dirman mana?"tanyaku menanyakan office boy kantor. "emang kenapa bang?" , gak mau ya Rea yang bikinin?", protesnya sambil cemberut dan aku paling suka liat bibirnya tambah sexy aja kalau lagi cemberut. Aku cuma tersenyum sambil duduk di kursi tamu dalam ruangan kerjaku, "pak dirman tadi telphon sama fonny, katanya gak bisa kekantor karena dijalan dia kebasahan, bajunya basah semua", kata Rea menjelaskan, oh iya sebagai informasi fonny itu adalah receptionis kantorku dan termasuk karyawan baru yang nanti medapat jatah juga dariku, habis body nya yang montok banget tapi fonny ini pakai ******, nanti akan aku ceritakan juga pada kesempatan yang lain. (kalau ga lupa, he...)

"Dikantor kan ada baju ganti OB kalau dia memang basah kuyub dijalan, kenapa tidak terus ke kantor aja. !", sahut aku sedikit meninggikan nada bicaraku, karena aku paling tidak suka menerima alasan yang kuanggap mengada-ada dari bawahanku, "kalau memang males masuk karena hujan bilang aja terus terang nggak usah alasan dijalan kebasahan segala. "!" , jawabku sedikit kesal sama alasan pak dirman OB kantorku itu, perlu diketahui pak dirman ini memang sering tidak masuk, mau diberhentiin juga kasihan anaknya banyak, "sudahlah bang...", kok pagi-pagi jadi marah-marah gitu", mungkin juga bukan baju luarnya aja yang basah tapi dalamannya juga. "!", sahut Rea menenangkanku sambil melirik tersenyum padaku, emosiku pun sedikit reda tapi masih kesel, aku mengangkat gelas kopi yang dibikinin Rea sambil asal ngomong "emang kalau gak pake celana dalam kan gak apa-apa, siapa yang tahu sih", alasan aja tuh pak dirman", gerutuku sambil menghirup kopi.

Rea ketawa mendengar omonganku barusan dan aku kaget waktu dia mencubitku, hampir aja kopi yang kupegang tumpah, "gak enak dong bang kalau nggak pake celana dalam ke kantor ?"katanya sambil terseyum dan kulihat mukanya sedikit bersemu merah, mungkin dia sambil membayangin seperti apa burung laki-laki dalam celana tapi tidak pake kolor. "emang ada yang lihat atau ada yang nanya", nggak kan?", kataku, aku sengaja mau mancing2 dia. Kulihat dia berdiri kearah kaca sambil melihat hujan diluar yang bertambah deras, kulihat pantatnya dari belakang yang mengenakan rok pendek dengan bahan yang agak tipis sehingga kalau diperhatikan akan kelihatan dia memakai pakaian dalam model G-string, pikiranku pun mulai membayangkan bagaimana bentuk pantatnya yang sexy itu pakai g-string tapi gak pakai rok, "kamu juga nggak pake celana dalam ya Rea?", kata-kata itu keluar sendiri dari mulutku dan aku juga kaget kenapa aku seberani itu ngomong sama Rea yang bawahanku, bisa dia pikir aku laki-laki kurang ajar atau gak sopan, tapi belum selesai kegundahanku akibat dari pertanyaanku tadi dia sudah membalikkan badannya berjalan kearahku, "siapa bilang, abang tau dari mana?"pertanyaannya bertubi-tubi kepadaku sambil cemberut dan huh..., semakin sexy aja kulihat, "sorry keceplosan, biasanya ada bayangannya kalau Rea pake rok tipis"jawabku sekenanya, belum sempat dia menjawab lagi aku sudah ingin menetralisir suasana takut kalau benar dia menganggap aku laki-laki otak mesum suka memperhatikan pantat cewek. "sudahlah aku kebetulan lihat kamu dari belakang aja tadi, jangan dibahas lagi". "Rea pake model g-string kok bang...!, Ooo"jadi abang sering perhatiin pantat lea ya..."!", dia menuduhku sambil cemberut manja dan mencubit lenganku dari belakang sambil berdiri, sedangkan aku duduk disofa kursi tamu kamar kerjaku,

"oww...sakit Rea, udah lepasin dong cubitannya..."!"pintaku sambil memegang tangannya yang masih mencubit lenganku, "gak mau..., abang ngaku dulu baru Rea lepasin...!"ancamnya manja, "kebetulan aja barusan aku melihat kearah situ, sudah dong lepasin..."!"pintaku sambil memberi alasan, diapun melepaskan cubitannya. Tiba-tiba pintu ruang kerjaku diketok dari luar, "coba buka Rea..."!"perintahku sama Rea, ternyata pak maman staf admint mau minta izin pulang karena hujan tambah deras dia takut rumahnya kebanjiran, tiba-tiba Rea juga ngusulin "pak..., kalau boleh jam kantor dipercepat sampai jam 12 aja, krn kasihan pegawai yg lain mungkin juga khawatir rumah mereka kebanjiran...", aku melirik jam di dinding dan ternyata sudah jam 11 lewat dan hujan juga semakin lebat belum ada tanda-tanda mau reda. "Ya sudahlah, kerjaan kita juga tidak banyak, pak maman tolong kasih tahu yang lainnya kalau mau pulang mereka boleh pulang semua sekarang, ...!"instruksiku sama pak maman "baik pak, saya pamit dan terima kasih pak..."!"sahut pak maman, "Saya juga mau beres-beres pak", permisi pak. !", Rea juga pamit dan keluar dari ruanganku disusul pak maman.

Kihisap dalam-dalam rokok ku sambil berdiri memandang keluar jendela dari ruang kerjaku, pikiranku seperti bingung saja, kembali terbayang wajah sexy Rea bermain dimataku, pantatnya yg bikin jantungku bedebar dan bibirnya yang bikin gemes laki-laki yang menatapnya. Aku masih malas untuk beranjak meninggalkan kantor, suasana kantorpun sudah terasa sunyi, mungkin pegawaiku sudah pulang semua, begitu pikirku. Tiba-tiba "pak eh bang...pak...eh...abang", belum mau pulang..."!"aku dikagetkan Rea tiba-tiba membuka pintu kamar kerjaku, dan kulihat kemeja putih lengan pendek dikeluarkan sehingga pangkal lengannya terlihat sedikit, huh...mulus banget, "kok manggilnya pak eh bang sih Rea", belum...!", jawabku sambil tersenyum,

aku sedikit terkejut rupanya Rea juga belum pulang apalagi lihat penampilannya yang berbeda kalau tadi dia masih pakai blazer, dia masuk sambil menutup pintu kamar kerja ku dan langsung menghempaskan pantatnya di sofa tamu ruang kerjaku, "dari mana Rea..."kok bajunya dikeluarin gitu", kamu belum pulang", yang lain dah pulang?"tanyaku beruntun, "belum bang, Rea habis dari toilet, perut Rea mules..., yang lain sudah pulang semua dan pintu depan juga sudah dikunci satpam gedung nanti keluar abang lewat pintu samping aja...!"katanya menjelaskan sambil mengangkat kedua tangannya menjepit rambutnya yang panjang, kelihatan ketiaknya sangat putih bersih dan mulus banget, pandanganku terpaku melihat dia dan kelihatannya dia suka aku lihat begitu karena sepertinya dia sengajain lama-lamain mengangkat tanganya menjepit rambutnya. "Ooo..., aku pikir Rea tadi sudah pulang terus kehujanan, balik lagi karena basah kuyup luar dalam kayak pak dirman" , kataku menggoda sambil ketawa, aku sedikit berani karena aku diberitahu kantor sudah gak ada siapa-siapa dan aku sedikit teransang melihat dia barusan, "enak aja..., mau Rea cubit lagi nih..."!"sambil beranjak berjalan kearahku yg lagi berdiri dan berusaha mau menyubitku lagi, sengaja aku biarin tangannya mencubit pinggangku supaya aku dapat memegang tanganya lagi, dan benar aja dia mencubit aku tepatnya meremas pinggangku karena aku rasa seperti remasan kecil, langsung aku tangkap tangannya yang sedang menempel dipinggangku, "sudah, sudah dong Rea", nanti ada yang masuk dan liat lho...?"sahutku memancing reaksi dia, "siapa yang mau masuk sudah gak ada orang kok,

Rea gak mau lepasin...!"katanya pura-pura marah, jarak kami sangat dekat sekali dan sekilas kecium wangi parfumnya dan terlihat kancing atas kemejanya tidak dikancingkan sehingga kelihatan kulit dadanya yang putih mulus dan sedikit belahan susunya, aku juga dapat melihat jelas bayangan behanya warna putih dan tidak memakai tali beha. , kutarik tangannya dari pinggangku sedikit keras karena aku merasa geli banget, tangan diapun terlepas dari pinggangku tapi tetap berusaha mencubitku dan kali ini tangan dia yang satunyapun ikut berusaha menggapai tubuhku untuk dicubitnya, "Rea cubit semua nih...!" katanya, langsung aku tangkap tangan dia yang satunya, kini pergelangan tangannya aku pegang kuat-kuat keduanya menahan supaya tidak mencubit, dan karena dia masih berusaha mencubitku, aku tarik dan angkat kedua tangannya keatas lalu aku dorong dia sampai mepet ke diding kaca ruang kerjaku dengan kedua tangannya aku tahan diatas kepalanya. See"rrr, jantungku berdetak kencang dan juniorkupun langsung bergerak bangun begitu jarak aku sama dia sangat dekat dan ketiak putih mulus itu terpampang dimukaku, tercium wangi banget, nafasku pun mualai gak beraturan, kulihat dia mengigit bibirnya seolah berusaha mendorongku, aku sedikit heran karena dia hanya pura-pura mau mendorong tanganku saja karena aku tidak merasakan tenaganya untuk melepaskan tanganya yg aku tahan, "nyerah nggak..."!"ancamku dengan nafas sesak, padahal bukan karena sesak nahan tangannya tapi sesak menahan nafsuku melihat bibirnya yang sekarang hanya berjarak sekitar 30cm dari wajahku

"nggak mau..."! katanya sambil dengan ekspersi berusaha mengerahkan tenaga untuk melepaskan tangannya, padahal tanganya tidak aku pegang keras, kalau dia niat mau narik tangannya juga lepas dari cengkramanku, "kalau gak nyerah aku gigit nih..."!"ancamku lagi, sambil berharap dia terima tantanganku, "sakit nih bang tangan Rea...", jangan keras-keras dong?", rengeknya manja mengalihkan pembicaraan yang bener gak nyambung dari keadaan dan pertanyaanku sebelumnya, aku sudah gak bisa lagi menguasai nafsuku, mataku masih tertuju ke pangkal lenganya yang terpampang didepanku, "Rea?"kataku perlahan dengan nafas memburu, dan perlahan-lahan aku dekatkan wajahku ke pangkal lengannya mau mencium ketiaknya yang putih bersih dan mulus banget. Kulirik dia memalingkan mukanya sambil menutup matanya, ketiak putih mulus itu kucium lembut sekali dan dengan pelan sekali aku jilat perlahan sampai ke pangkal susunya yang kecil tapi padat itu, "huff?"!"terdengar suara Rea sekilas aku lirik dia mengigit bibir bawahnya meresapi ciuman dan jilatan lembutku di pangkal lengan sampai kepangkal teteknya.

Diluar hujan sudah mulai reda, tinggal gerimis-gerimis kecil saja, aku dikagetkan oleh bunyi telphon kantor dimeja kerjaku, sehingga reflek aku menghentikan ciumanku di pangkal lenganya yang baru saja aku mulai dan juga spontan langsung melepasin Rea, "huh". , bikin kaget aja..."!"gerutuku dengan nafas memburu, kudengar Rea malah ketawa melihat tingkahku yang sangat kaget tadi"kok ketawa sih..."!"tanyaku heran, "lucu aja liat abang kaget barusan..."!"sambil terus ketawa, aku berjalan hendak mengangkat telphon kantorku, "gak usah diangkat bang..."!", "kenapa..."!", tanyaku heran, "salah sambung paling, sekarangkan sudah jam 1 lewat klo urusan kantor pasti tau sekarang sudah jam pulang kantor...!"Rea memberi alasan, "ntar ketahuan lho kita belum pulang kalau abang angkat telponnya..."!"sambungnya lagi sambil sedikit senyum-senyum, bener juga ya pikirku. Sialan nih telphon, hilang deh kesempatan tadi dan sekarang bagaimana untuk memulainya lagi, pikirku dengan kesel. "ya udah. "jawabku, akhirnya telphon tetap aku biarin berbunyi dan aku berjalan kedekat meja kerjaku mau meminum sisa kopiku yang sudah tinggal sedikit. "enak kan kopi bikinin Rea bang..."!"katanya sambil berjalan mendekat. "iya..., boleh minta bikinin lagi nggak..."!"jawabku, "abang mau kopi lagi"kopi apa kopiii?"!" katanya menggoda sambil kembali mencubit (meremas) pinggangku dari samping,

Posisi kami sama-sama berdiri didepan meja kerjaku. Rupanya kesempatan juga ada yang datang dua kali dan aku tidak mau menyia-nyiakannya lagi, masa bodohlah dan aku yakin kalaupun aku embat/sosor langsung pasti tidak akan menolak, begitu pikirku "aduh"abang geli nih Rea. !", sahutku "sambil memegang tangannya yang mecubit(meremas) pinggangku, "tahan dong..., masa segitu aja gak tahan..."!"katanya sambil menggerak gerakkan jari tangannya dipinggangku. Aku berusaha menahan rasa geli karena dia sudah bukan mencubit atau pun meremas pinggangku lagi sekarang tapi sudah menggelitikin pinggangku, "kok geli an amat sih bang..."!"katanya sambil senyum-senyum dia menatapku dekat sekali tapi aku tidak berani membalas tatapannya, "udah dong Rea...huh..."!"pintaku setengah hati karena ada rasa geli bercampur nikmat dikit, "gak mau, kalau abang tahan gak geli 5 menit ntar Rea bikinin kopi lagi. " katanya sedikit merapatkan tubuhnya, "bener ya"awas kalau bohong...", jawabku,

Tangannya yang tadi menggelitik pinggangku kemudian perlahan-lahan beralih kedepan kearah perutku, aku pura-pura menutup mata menahan geli padahal rasa gelinya sudah pergi gak tau kemana, mulai rasa nikmat akibat sentuhan kuku jarinya diperutku, juniorkupun terkaget bangun langsung dalam posisi siap grak untuk maju jalan, aku membuka mataku tapi, "hop...gak boleh buka mata. "merem aja, awas kalau dibuka", dan tidak boleh bergerak, diam aja...!"ancamnya, akupun mengikuti apa yang diperintahnya dan masa bodohlah dengan alasan kenapa harus tutup mata segala. Lama juga aku rasakan jari-jari tanganya mengelus perutku diluar kemejaku dan perlahan-lahan aku rasakan tangannya mulai turun, aku tidak dapat lagi menyembunyikan sensasi yang mulai aku rasakan sangat nikmat itu, "oh...hm?"tak sadar aku mengeluarkan suara tertahan ketika tangannya beranjak turun kebawah terus kepaha kananku disamping selangkanganku, kurasakan juniorku protes karena dicuekin sama tangannya, juniorku membengkak dalam celanaku dan mebuatku sedikit merasa sakit karena mungkin posisi juniorku saat membengkak melancarkan protes itu tertahan sama cedalku,

"oh"Rea...!"suaraku tertahan sambil kepalaku bergerak menengadah, aku pengen melihat dia tapi takut karena dilarang dan kalau seandainya mataku aku buka takut dia menghentikan aktifitasnya, kepalaku semakin menengadah keatas menahan nikmat sentuhan tangannya turun naik dipahaku, aku merasakan juniorku sedikit ada yang menekan dan dileherku terasa hembusan nafas yang sangat memburu, perlahan aku membuka mataku, tapi..."nah", ngintip ya", ketahuan matanya dibuka?", rupanya Rea melihat klo aku membuka sedikit mataku, tapi aku sempat melihat jarak aku sama Rea tadi sudah sedikit menempel dan yang menekan juniorku tadi pastilah pas di selangkangan nya tapi aku tidak merasakan dadanya menempel di tubuhku mungkin karena dia tidak merapatkan dadanya atau mungkin juga karena dadanya tidak besar, sekilas tadi aku mencium harum nafasnya yang sudah tidak beraturan yang membuatku semakin bernafsu, aku tahu dia juga terangsang dengan ulahnya itu. "Rea gak jadi bikinin abang kopi, air putih aja ya?", gak baik bang banyak ngopi", katanya ngomong kesana kemari tapi aku tahu dia mengatur nafasnya dan berusaha sedikit mencairkan suasana yang sudah mulai menegang setegang juniorku. Rea pun beanjak keluar pergi ngambil air putih dan meninggalkan aku yang kayak kebakaran jembut menahan gejolak nafsu yang sudah di ubun-ubun.

Sambil duduk bersandar di sofa aku berusaha mengatur nafasku dan menenangkan diri, kulihat Rea kembali dengan segelas air putih dingin ditangannya"nih minum dulu, pasti haus kan bang...?", katanya sambil menyerahkan segelas air putih kepadaku, ku ambil gelas itu sambil aku tarik tangannya supaya duduk didekat aku, "kamu gila banget ngerjain aku sampai ngos-ngosan nahan geli. ", protesku sambil meneguk air putih yang diberikan Rea sampai habis, seger banget rasanya, "emang bener geli apa geli bang...?", tanya rea sambil tersenyum menggodaku dia merapatkan duduknya ketubuhku sehingga lenganku merasakan benda kenyal di dadanya, terasa sangat lembut sekali gumpalan daging itu dan aku rasa dia pasti pakai bra tipis, "beneran geli, emang apa...!"protesku meyakinkan yang sebenarnya anak smp pun tahu kalau tadi bukan geli tapi horny, dia ketawa aja karena tahu aku berbohong dan mungkin dia pikir aku masih jaim sebagai atasannya.

Hujanpun kembali turun dengan derasnya diluar, "hujan lebat lagi nih, gimana pulangnya bang...?"kata Rea sambil melihat keluar dan masih merapatkan tubuhnya duduk di sebelahku, aku sengaja mengerak-gerakkan perlahan-lahan lenganku yang menempel dengan susunya, kulihat dia diem saja sambil pura-pura melamun menatap hujan yang turun tambah deras diluar, aku terus menggesek-gesekkan lenganku perlahan ke toketnya yang terasa makin lama makin mengeras, aku juga merasakan ada seperti tonjolan kecil di susunya dan itu paslitah putingnya yang juga sudah mengeras, sejenak aku lirik dia tampak menggigit bibir bawahnya dan matanya juga sedikit sayu tapi masih menatap keluar jendela.

Secara tidak sadar dia mengerang tertahan tapi langsung bicara mungkin biar tidak ketahuan kalau dia mendesah nikmat, "ah..., eh emang geli banget tadi ya bang..."!"katanya menarik sedikit badannya, dan badannya pun tidak menempel lagi dengan lenganku, "iya...!", jawabku pendek dengan nafas tidak beraturan, kulihat dia juga begitu karena kulihat dadanya turun naik mengatur nafasnya. "siapa sih yang gak geli kalau dibegituin. ?", sambungku lagi, "masa sihh..."!"katanya menggoda aku lagi, "sekarang gantian, coba Rea yang abang gituin, bisa nahan gak..."!", tantangku, sambil menatap wajahnya, "tadi Rea tahan gak geli waktu abang cium ketiak Rea..."!hayo", "!"katanya manja sambil merapatkan kembali tubuhnya, "paling tadi cuma baru 1 menit, kalau kelamaan dikit pasti kamu gak tahan juga"!"protesku mencoba memancing dia, "kalau gelinya pasti Rea tahan bang, tapi kalau yang lain mungkin gak tahan...?"katanya sambil meremas pinggangku, dia duduk sudah mepet banget disebelahku, jelas terasa sekali buah dadanya yang mulai sedikit keras menekan di lenganku, "gak ada yang bisa tahan geli kalau di raba dan digelitikin kayak tadi ..."!"sanggahku lagi tapi masih aja aku jaim, aku juga kesel sendiri ama diri aku kenapa hari gini juga masih jaim, belum sempat dia menjawab lagi aku langsung nantangin terang-terangan, "sekarang diem, coba gantian...!"sahutku sambil memiringkan badanku menghadap dia sambil tetap duduk, "gantian apa sih bang..."!"sambil meluruskan duduknya dan kami pun saling berhadapan dalam posisi duduk di sofa panjang.

"Diam aja dong, gak boleh gerak ya..."!"perintahku dan kulihat Rea menuruti perintahkua, "kalau Rea tahan di geliin gimana bang...?" tanyanya sambil mulai menutup matanya menunggu di gelitikin(tepatnya diransang sih...), "kamu boleh minta apapun dari aku asal aku sanggup. " jawabku sambil menikmati tubuhnya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki dan pahanya yang putih mulus kelihatan sedikit karena dia memang memakai rok kantor yang pendek, "awas kalau abang bohong", trus kok diem aja sih bang. ?"katanya sambil membuka matanya. , "malah melototin Rea kayak gitu sih...", cepetan dong mulai...?", katanya nantangin sambil kembali menutup mata, bibirnya dibuka sedikit dan sangat menentang untuk dicium, perlahan aku memajukan wajahku kedekat telinganga dan dengan nafas memburu menahan gejolak di dalam dadaku kubisikan "kamu cantik sekali Rea...", sambil sedikit ku sentuh ujung daun telinganya dengan bibirku yang membuat dia mengatup bibirnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Rea membuka sedikit matanya sambil menatapku, aku mengerti arti tatapannya itu tapi aku masih saja jadi serigala berbulu kelinci, "aku mulai sekarang ya?"!"kataku pelan dan mulutku berada tepat didepan mulutnya dan hanya berjarak kira-kira 5 cm sangat dekat sekali tapi aku tetap bertahan untuk tidak mencium mulut yang sexy itu, pelan-pelan dia menutup kembali matanya sambil menjawab mendesah, "iya bang...!", nafasnya langsung masuk kehidungku karena jarak muka aku dan dia yang sangat dekat, kunikmati sebentar wangi nafasnya sambil jari telunjukku kuletakkan di jidatnya dan perlahan-lahan aku gerakkan turun ke pematang hidung dan terus ke pipi kanannya, terus kelehernya yang putih mulus dan kemudian naik lagi ke pipi kirinya terus ke jidatnya dan turun lagi di pematang hidungnya. Kulit wajahnya terasa mulus sekali dan tidak ada cacat sedikitpun.

Perlahan-lahan jari telunjukku terus turun dari puncak hidungnya sampai menyentuh bibir atasnya dan aku jelajahi inci demi inci bibirnya yang merah dan sexy itu yang mulai terbuka sedikit, aku dorong jari telunjukku ke dalam mulutnya dengan sedikit menekan jariku untuk masuk kedalam mulutnya, ternyata dia membiarkannya, perlahan aku dorong terus telunjukku masuk kedalam mulutnya, terasa giginya yang putih dan pelan-pelan dia buka mulutnya, aku dorong sedikit lagi jariku masuk dan terasa lidahnya yang lembut, nafasku dan nafas dia sudah nggak karuan tapi hebatnya aku dan dia masing-masing pastilah berperang menahan nafsu masing-masing. Setelah setengah jari telunjukku didalam mulutnya, kemudian aku main-mainkan lidahnya dengan jariku, lidahnyapun memberikan reaksi dengan diputar-putarnya perlahan memutari jariku di dalam mulutnya lalu perlahan-lahan di isep jari telunjukku dan menarik wajahnya sedikit sehingga jariku keluar dari mulutnya. Kuteruskan jariku kebawah menyentuh dagunya dan terus kelehernya, pelan-pelan aku menurunkan terus ke dadanya. Pelan-pelan aku buka satu persatu kancing kemeja putihnya dan sempat kulihat dia menggigit bibir bawahnya dan dadanya turun naik gak beraturan. Aku terusin aksiku melepas kancing bajunya. Setelah semua kancingnya kulepas baju kemejanyapun aku buka dan terpampanglah kemulusan yang luar biasa, buah dadanya yang aku kira kecil ternyata lumayan juga dan putingnya membayang warna kemerahan walaupun masih mengenakan beha yang tipis berwarna putih membuat kerongkonganku terasa kering banget dan susah bernafas, "Rea"oh...tubuhmu sempurna banget sayang..."!",

Perlahan-lahan aku lepasin kemejanya dan dia sedikit membantu dengan memiringkan badannya mempermudah aku melepasin kemejanya, aku sudah tidak sabar untuk membuka beha nya dan melihat langsung susunya, kulihat pengait behanya ternyata ada di depan, perlahan aku buka pengait behanya dan sedikit demi sedikit kulepasin behanya, sungguh diluar bayanganku kalau ternyata susunya sangat bagus sekali walaupun tidak termasuk besar tapi sangat padat, putih mulus dan putingnya itu yang asli berwarna merah muda dengan pentil kecil tapi sedikit mencuat, sangat sexy sekali. Aku merasa sangat susah bernafas seperti perlu oksigen tambahan untuk membantu pernafasanku karena menyaksikan pemandangan yang sangat luar biasa itu, kulihat dadanya turun naik makin cepat tapi dia berusaha untuk tidak bergerak apalagi untuk menutupi tubuh atasnya yang sudah telanjang itu.

Aku tempelkan lagi jari telunjukku di bibirnya dan perlahan aku turunkan terus sampai ke dadanya dan terdengar sedikit dia melenguh ketika tanganku berada tepat di tengah-tengah belahan kedua susunya, dengan nafas yang memburu aku berbisik, "jangan dibuka ya matanya..."!", rabaan jari tanganku terus turun keperutnya yang rata dan aku sudah tidak menyetuh saja melainkan sudah meraba-raba perutnya yang rata itu, aku sudah sangat bernafsu sekali tapi dengan sekuat tenaga aku tetap mencoba untuk menahannya. Aku turunkan dan majukan sedikit wajahku tepat di depan puting susunya yang merah muda itu dan perlahan aku sentuh putingnya itu dengan ujung bibirku lembut sekali, "oh"bang"ssssttt...!", tangannya reflek langsung meremas rambutku dan sedikit menekan kepalaku sehingga mulutku menempel di susunya, karena sudah nempel gitu langsung aku isep puting susunya, "aww"! pekiknya tertahan dan semakin keras meremas rambutku, aku isep cuma sekali sambil menarik kepalaku kebelakang, "gak tahan ya...?", dia membuka matanya dan metapaku sayu sambil menarik kepalaku dan mencium lembut bibirku, lalu kami fresh kiss sekitar 10 menit, dia pinter banget mempermainkan lidahku dengan lidahnya didalam mulutku, sambil berciuman aku mengelus-elus punggungnya dan terus kebawah punggungnya berusaha melepaskan roknya, dia mengangkat sedikit pantatnya dari posisi duduk ketika aku berusaha memplorotin roknya setelah kancing dan reksleting roknya aku buka tadi.

Sengaja jari tanganku aku sangkutkan pada karet/tali g-stringnya waktu aku melorotin roknya biar sekalian cedalnya bisa keterik waktu aku melorotin roknya dan akhirnya rok sama g-stringnya yang berwarna putih itu pun copot dan sekarang dia bener-bener bugil tanpa sehelai benangpun di tubuhnya. Aku tarik wajahku dan melepasin ciumin kami, aku lihat matanya tertutup dan perlahan-lahan aku turun berjongkok dilantai sedangkan dia tetap duduk di sofa sambil kakinya dirapatkan, kusentuh dengkulnya dan perlaha-lahan aku buka pahanya dengan mendorong pelan-pelan kedua dengkulnya berlawanan arah biar pahanya kebuka, dia berusaha sedikit menahan kakinya tapi aku merasakan sebenarnya dia tidak melarang karena ketika aku dorong dengkulnya itu cuma dengan sidikit tenaga akhirnya kebuka juga selangkangannya dan kekagetan serta kekagumanku memuncak melihat vegynya yang berwarna merah muda di bibir vegynya itu dan rambut vegynya cuma ada sedikit diatasnya, sedikit banget dan kalau aku hitung juga bisa dan berwarna pirang seperti rambut bule,

"Rea..., rambut itunya kamu cat juga ya..."!" tanyaku sambil mengelus paha bagian dalamnya dan dengan suara serak sedikit gemeteran menahan gejolak nafsunya dia jawab..."oh..., hm...nggak bang, emang sudah begitu...!", sambil tanganya kembali meremas rambutku tapi kali ini bukan meremas tapi sedikit keras dia menjambak rambutku dan terasa menekan kepalaku ke selangkangannya. Sekarang selangkangannya sudah kebuka lebar dan matanya menatap ku kebawah yang sedang duduk di lantai, "bang...!, sebenarnya rea sudah ga tahan tapi karena abang tahanlah makanya bisa bikin rea ikut menahan nafsu rea..."!"katanya sambil mengelus-elus rambutku, posisi kepalaku sudah berada diselangkangannya, kucium bau khas aroma vegynya membuat aku gak sambar untuk langsung meng oralnya.

Udara sangat panas sekali aku merasa sangat susah bernafas dan tenggorokanku terasa bener-benar kering, mukaku sudah berada tepat didepan vegynya dan perlahan kumajukan mukaku dan mencium lembut bibir vegynya, "awww?", jeritnya sambil menarik pantatnya kebelakang dan dia menatapku dengan tersenyum sambil nafasnya terlihat memburu, dia mengatur posisi duduknya dan menyender di sofa kemudian dia menarik kepalaku ke selangkangannya dan aku masuh dalam posisi duduk berlutut dilantai, aku sempat berfikir sendiri, beginilah seorang atasan kalau lagi bertekuk lutut di selangkangan bawahannya, masa bodohlah kalau bawahannya cantik kayak gini menjilat pantatnyapun aku mau pikirku.

Kini kepalaku kembali berada tepat di depan vegynya, kulihat dia menatapku sambil mengelus-elus rambutku dengan tanganya, kunaikan tanganku kedadanya dan kuremas susunya sambil kujilat bibir vegynya beberapa kali dengan gerakan dari bawah ke atas, terasa clit nya dan bibir vegy itu mulai sedikit kebuka dengan cairan yang mulai keluar dari lobangnya, "abang"oh..."!"jeritnya panjang dan sedikit keras sambil menjambak rambutku lebih keras lagi. Tanganku mempermainkan putingnya yang kecil dan sekali-sekali aku cubit pentilnya sambil lidahku mulai sedikit mengorek-ngorek vegynya yang gundul itu.

Tiba-tiba dia mendorong kepalaku dari selangkangannya dan menatapku sambil mengatur nafasnya, "boleh gak rea minta satu permintaan sama abang...?"tanyanya masih dengan nafas memburu, "terserah minta aja, pasti aku kasih...?"kataku dengan nafas yang masih tersenggal-senggal, "rae minta jangan lakukan sekarang..."!"katanya sambil kembali membelai rambutku, "hah". !!!". jawabku kaget bukan kepalang, sudah sampai kayak gini disuruh berhenti, gila apa..."!, pikirku. Langsung dai memelukku dan mencium jidatku, kepalaku pas menempel didadanya dan dengan tepat diputingnya, langsung aja aku isep putingnya, "ah", abang...", katanya mendesah sambil mempererat pelukannya dan membelai rambutku, "Rea pengen ikut ke Singapure temenin abang hari senin besok boleh nggak. "!"tanyanya sambil meremas-remas rambutku, "Rea belum pernah ke Singapure bang, rea pengen lihat Singapure, oh...", terangnya lagi sambil mendesah karena aku masih menjilat-jilat puting susunya. "hm", bener Rea mau ikut...?", tanyaku lagi dengan mulut masih mengulum-ngulum susunya. "oh...abang..., enak...!!", katanya sambil kulihat dia menggigit bibir bawahnya, "kok jawabnya enak sih sayang. ", abang 5 hari lho di singapure?", kataku sambil mengangkat kepalaku menatap matanya, "iya rea mau, gak pulang-pulang juga gak apa-apa. !"jawabnya sambil langsung mengecup bibirku,

"ya udah besok aku cancel aja pak maman, biar kamu aja yang gantiin pak maman temenin aku meeting sama customer...!", kataku menyetujui dia ikut, dia langsung tersenyum gembira dan menciumi wajahku bertubi-tubi, "terima kasih bang, terima kasih...ya sayang..."!, rea sayang sekali sama abang...!", katanya sambil memelukku, "berarti sekarang jangan dulu ya bang...?", sambil menatapku tersenyum manja, "kenapa..."!", protesku sedikit kesel, "rea masih virgyn sayang dan rea mau ngasiinnya buat abang karena rea sayang sama abang tapi kalau boleh nanti aja di Singapure abang ambil ya...?" , katanya tersenyum sambil kembali menciumin wajahku, dan aku rasa itu bukan ciuman nafsu, aku merasa itu bener-bener ciuman sayang dia kepadaku, jangan-jangan dia naksir sama aku, padahal kan belum ada kesepakatan apa-apa nih, begitu pikirku dan aku belum mau terikat dan bertanggung jawab dengan perempuan tapi kalau sekedar diminta menjawab aku mau, kalau disuruh menangung aku belum mau, pikirku lagi.

"bener rea masih perawan...?" tanyaku lagi mau meyakinkan , "ih"polos banget nih anak ini, ga perhatiin kalau my hole masih kecil ya, rea masih. virgynsayang..., buktiin aja nanti. "!", jawabnya menerangkan dengan manja, dan masa aku dipanggil anak kecil sih"padahal aku kan atasannya dia protesku dalam hati, tapi ntarlah itu krn ada yang lebih penting untuk aku tanyakan pikirku "kenapa kamu mau ngasiin ke aku rea"!", kejarku lagi penasaran tepatnya takut kalau ada udang dibalik batu sih...", "rea sayang sama abang, dan rea gak mau mikir macam-macam lagi terserah abang lah..."!!", jelasnya menatap mataku dalam-dalam, gawat nih pikirku, kayaknya dia pasrah banget tapi aku belum tahu sama hatiku sendiri, aku suka tubuhnya atau aku bener-bener suka dia. "bang"!", panggilnya mengagetkan lamunanku. "iya sayang...?", sahutku, kami tetap sambil berpelukan dan dia masih telanjang sambil aku elus-elus punggungnya, "kita cari makan yuk...", laper nih. !", katanya.

Aku merenggangkan pelukanku dan menatap dia lagi, kayaknya dia tahu apa yang aku pikirin, tangannya langsung memegang daguku sambil bilang, "nanti ya sayang dituntasinnya di singapure aja", setelah itu abang boleh ngelakuin apa saja. , ya...", kita pulang yuk. ?" , dia meyakinkan aku biar mau menunda dulu, aku pikir juga pasti dia maunya diperawani di singapure kali, bodohlah aku juga perlu berfikir lagi nih, seperti misalnya beresiko gak ya kalau gw perawani dia"atau aku bener suka dia gak ya", banyak pertanyaan dikepalaku, karena kalau kenapa-kenapa dan bos aku tahu aku selingkuh sama karyamwan bisa mati aku, di perusahaanku terutama bos aku paling anti tidak suka kalau ada karyawan yang selingkuh kecuali pacaran serius.

"Ya sudahlah sayang...", kalau kamu maunya begitu, kita pulang yuk. ?", kulihat dia tersenyum manis sekali dalam keadaan bugil gitu, gak tau lah manis apa nafsuin, terus aku berdiri sambil membantu dia memasang bajunya, "tapi..., aku gak janji mau ngambil pemberian kamu ya...?", kataku sambil bersip keluar kamar kerjaku dan kulihat dia juga sudah rapi, "gak mau, abang harus ambil, abang harus perawanin rea...?" katanya cemberut manja, lalu aku cium jidatnya sambil berbisik, "kamu perempuan yang baik, cantik, sexy dan juga aneh", kataku , "cewek biasanya mati-matian mempertahankan keperawanannya eh... kamu malah maksa diperawanin sama aku!"masih sedikit bingung , "karena rea sayang baget sama abang", jawabnya sambil memeluk pinggangku dan kamipun berjalan bergandengan keluar dari ruang kerjaku.

Saat itu ku merasa ada suatu perasaan lain yang timbul dalam hatiku terhadap bawahanku ini, Akankah bawahanku menjadi kekasihku yang akan menjadi pendampingku" Atau bawahanku pemuas nafsuku atau bawahanku TTM ku atau?", gak taulah.
Who knows", kata bule-bule kalau dah bingung ya gak...?"?", he"...

TAMAT

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Share/Bookmark