BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

What Do You Like In This Blog?

Top Post

Minggu, 07 November 2010

Kisah Gadis Indramayu, yang Kuliah di Jakarta

Aku awali kisahku ini dengan kata-kata mutiara yang dalam maknanya: "Janganlah pernah mengabaikan pria yang menyatakan cintanya padamu."

Aku adalah gadis keturunan baik-baik. Ayahku pernah menjadi kepala desa di sebuah desa di kabupaten Indramayu, Jabar. Ibuku pun wanita mulia dan sederhana. Aku anak kelima dari tujuh bersaudara. Kami sekeluarga hidup rukun. Hingga pada suatu hari, keluargaku ditimpa bencana ketika kakaku yang tertua tiba-tiba hamil. Ini pukulan yang sangat berat bagi kami karena tidak disangka-sangka kakak yang jadi panutan bisa mengalami hal seperti itu. Terlebih lagi, pria yang menghamilinya memilih minggat dari desa dan tak diketahui rimbanya lagi. Kakaku yang ditinggalkan pun mengalami persoalan mental yang berat. Itu ditambah dengan kekecewaan bapak dan ibuku yang turut menambah beban kakakku.

"Malang" bagiku, kakakku menjadikan aku sebagai tempat mencurahkan beban hidupnya. Sambil terus memelihara kandungannya, setiap hari ia berbicara kepadaku tentang kebenciannya kepada pria yang telah menghamilihya dan meninggalkannya. Aku selalu mendengar setiap kalimat kakakku itu yang begitu mengiris hati. Dengan sabar aku mendampinginya, selama berbulan-bulan. Namun, akhirnya, kakakku tidak tahan juga dengan penderitaan batinnya dan jatuh sakit, ketika kandungannya mencapai usia tujuh bulan. Sakitnya sangat berat dan berbagai pengobatan telah dilakukan, namun tiada hasil yang memuaskan. Pada usia kandungan yang kedelapan, kakakku menghembuskan napas terakhirnya, membawa serta bayi dalam kandungannya.

Kematian kakakku benar-benar memukul keluargaku, terlebih diriku yang selalu mendengar curahan hatinya. Sejak saat itulah, tumbuh di dalam diriku kebencian terhadap laki-laki. Aku yang saat itu masih duduk di bangku kelas 1 SMA, menganggap kelaki-lakian adalah biang keladi prahara dalam keluargaku. Kelaki-lakian yang tidak terkendali dan merusak harkat wanita.

Setelah lulus SMA, aku yang dianugerahi otak encer, berhasil masuk perguruan tinggi negeri terkemuka di Jakarta. Niatku datang ke Ibu Kota hanyalah untuk menuntut ilmu, meraih gelar sarjana, dan merintis kehidupan yang baik. Sayangnya, pada tahun kedua kuliahku, seorang teman pria satu angkatanku mulai memperlihatkan perhatian yang lebih kepadaku. Aku katakan "sayangnya" karena aku sejak awal kuliah sudah bertekad untuk mengesampingkan segala hal yang berbau laki-laki. Jadi, jelas cinta temanku itu aku tolak mentah-mentah.

Tapi, anehnya, dia tidak pernah terlihat mengendurkan niatnya. Bahkan, semakin sering dan intens memberi perhatian padaku. Aku sebenarnya suka dengan sikapnya itu, tapi di otakku sudah telanjur terpatri rasa jijik pada laki-laki. Terlebih bila mengingat yang terjadi pada kakakku. Sungguh disayangkan, karena sebenarnya dia terlihat sebagai lelaki yang baik dan lembut.

Namun, pada suatu malam, selepas kami gladi resik paduan suara (kami ikut ekskul yang sama) untuk pementasan dalam rangka dies natalis universitas kami, terjadilah peristiwa yang mengubah diriku dan hidupku untuk selamanya. Di tengah perjalanan melewati kebun karet menuju pemberhentian bus kampus (kampusku memang di lokasi bekas perkebunan karet), tiba-tiba dia menarik tanganku dan menjatuhkan diriku di semak-semak yang gelap. Aku yang tidak menyangka, dan masih kaget, langsung ditindih. Aku meronta tapi kalah tenaga. Aku menjerit tapi mulutku kemudian dibekapnya.

Dia lalu mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya dan mengancamku untuk menuruti kata-katanya. Aku berteriak lagi, tapi langsung dipukulnya tepat di pelipisku sehingga terasa sakit sekali. Bahkan, pisaunya digoreskan di lengaku yang langsung mengeluarkan darah. Aku benar-benar takut dan tak berdaya.

Dengan tenang dia menyingkapkan rok panjangku, sehingga terlihatlah celana dalamku. Tanpa menunggu lagi, dia langsung menyayatkan pisaunya ke bagian depan celana dalamku yang kemudian terbelah dua. Tampaklah kemaluanku yang ditutupi bulu-bulu tipis dan lembut.

Pada saat dia terpesona dengan apa yang dilihatnya, aku menggunakan kesempatan itu untuk mencakar matanya. Namun, yang terjadi padaku justru lebih fatal, karena dia kemudian membalas meninju mata kananku yang saat itu juga tak bisa melihat lagi dengan jelas.

Aku juga berusaha melepaskan tindihannya dengan menarik kakiku, namun aku justru mengalami penyiksaan yang lebih kejam, karena dia kemudian menusukkan ujung pisaunya ke pahaku. Aku menjerit kesakitan tapi dia kemudian memukul mulutku dan membekapku.

"Lebih baik kamu jangan bergerak lagi dan jangan berteriak. Semuanya akan usai dalam waktu singkat dan setelah itu kamu bisa pulang!" dia berbisik.

Aku pun merasakan sesuatu yang aneh (karena belum pernah kurasakan sebelumnya) mendesak-desak ke arah kemaluanku. Tapi, kemudian aku tahu bahwa itu adalah kemaluan dia. Semakin keras dia mendorong kemaluannya, semakin aku tak tahu apa yang akan terjadi. Aku diam karena pisaunya terus ditempelkan di leherku.

Dia terus mendorong-dorong kemaluannya ke arah kemaluanku. Aku mulai meraskan sakit... Aku merasakan sesuatu yang tak bisa kulukiskan dengan kata-kata..., namun rasa sakit juga kurasakan... Sampai suatu ketika, dia mendorong dengan sangat keras dan aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku hampir pingsan...

Beberapa detik kemudian, aku mulai merasa ada sesuatu benda di dalam kemaluanku... Keinginanku untuk berontak seolah pupus, karena rasa "aneh" yang kualami... Rasa yang tak terbayangkan sebelumnya...

Lebih aneh lagi, karena dia kemudian mulai menarik dan mendorong kemaluannya secara lembut... Dia melakukannya seolah tanpa rasa bersalah sambil memandangku dengan tatapan lembut... Dia terus menarik dan mendorongnya lagi... dan tanpa kusadari aku mulai melemaskan tubuhku, tidak lagi berusaha memberontak seperti sebelumnya...

Rupanya, aku merasakan kenikmatan, karena kemudian aku terpejam... Namun, tiba-tiba kurasakan bibirku disentuh sesuatu, lalu seperti ada yang menyedot bibir bawahku dan mengulumnya... Rupanya, dia mulai melumat bibirku... dan aku diam saja... Terus terang, itulah pertama kalinya bibirku dicium laki-laki... Rasanya sulit dilukiskan dengan kata-kata...

Beberapa saat kemudian, gerakan menarik dan mendorongnya semakin cepat... Saat itu juga aku merasakan ada sesuatu yang sedang terjadi dengan diriku... aku merasa tubuhku mengejang... semakin mengejang.... semakin mengejang... dan tepat di kemaluanku kurasakan ada benda yang semakin mengeras...

Aku semakin kuat memejamkan mataku... aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada diriku... namun rasanya sungguh nikmat... nikmat sekali... Sampai kemudian tanpa kusadari aku menjerit! Aku merasakan ada yang meledak di dalam saraf kemalunaku... hhh... rasanya nikmat tiada taranya... sungguh tiada taranya...

Yang lalu tak kusangka, dia pun kemudian semakin kuat memeluk tubuhku... aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi pada dirinya... aku hanya diam... Namun sedetik kemudian dia berteriak! Dia berteriak sambil memeluk tubuhku sangat kuat! Dan setelah itu, dia seperti terkulai lemas di atas tubuhku...

Suasana gelap kebun karet di kampusku tidak berubah seperti ketika tadi kami berjalan melewati jalan setapak di tempat itu. Hening. Hanya suara cengkerik yang terdengar, dan napas terengah-engah dari aku dan dia. Sejurus kemudian aku refleks merapihkan posisi rok panjangku, sedangkan celana dalamku sudah tak bisa dipakai lagi...

Anehnya, dia kemudian membelai wajahku, menatapku dengan tatapan lembut...

"Aku harap kejadian ini tidak diketahui orang lain. Tidak perlu kau ceritakan kepada siapa pun, karena hanya akan merusak masa depanmu... Lebih baik kita tetap berteman seperti sebelumnya... Dan perlu kau tahu, aku memang sangat mencintaimu..." dia berkata demikian.

Aku diam saja. Tetapi, dalam dadaku berkecamuk rasa marah yang luar biasa. Saking marahnya, aku bahkan tak bisa berbicara apa-apa...

Kami kemudian berjalan kembali menuju lokasi pemberhentian bus kampus. Setelah bus tiba, kami naik untuk menuju stasiun kereta api. Kami memang pulang satu arah karena letak kos kami berdekatan.

Sesampai di stasiun kereta api, sambil menunggu kereta tiba, ia mulai lagi merayuku agar mau menjadi kekasihnya... ia mengatakan cintanya padaku sungguh-sungguh dan akan menikahiku...

Aku diam.

Beberapa saat kemudian, kereta tiba. Kami lalu berdiri untuk menyambut kereta itu agar bisa cepat masuk ke dalamnya.

Tiba-tiba, tanganku bergerak dengan lembut ke arah pinggangnya... dan dengan kekuatan yang datang entah dari mana, kudorong tubuh dia ke arah rel. Pada saat itu, dia yang tidak menyangka, langsung terjatuh, dan...................... tergilas roda kereta yang kokoh....

Tubuhnya terbelah dua dan dia mati...

Aku puas, puas sekali, karena tidak ada orang yang melihat aksiku tadi... Orang-orang tidak ada yang mengira bahwa kami pergi berdua...

0 komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Share/Bookmark